"Loh? Nakwon? Eh!" dia memekik pelan lalu berjongkok di belakang anak perempuan yang dipanggilnya "Myunghee" tadi. "Maaf, saya nggak punya sesuatu buat nutupin wajah saya."
"Eh?" awalnya aku bingung tapi akhirnya aku menyadarinya, Dokter Myungho sedang berusaha menutupi wajahnya. "D-Dokter, gapapa kok. Asal nggak tatapan wajah saya gapapa, jangan jongkok begini."
"Oh? Kamu gapapa kalo begitu? Nggak takut emang?"
"Takut ... tapi ... gapapa kok, Dok. Kasihan dokternya," kataku bicara padanya sambil mengalihkan pandanganku pada kue-kue dietalase.
"Papa, kenal eonnie ini?" tanya Myunghee.
Papa? Dokter Myungho sudah berkeluarga?
"Oh? Iya, papa kenal. Pasien papa."
"Eonnie sakit?"
"Eng ... Iya hehehe," jawabku menatap Myunghee alih-alih dokter Myungho.
"Myunghee, kamu kue yang lain gapapa yah? Biar kue yang ini diambil sama eonnienya. Boleh?"
"Nggak usah, saya aja yang ganti, Dok."
"Gapapa, Eonnie. Myunghee aja yang ganti," jawab Myunghee lalu menunjuk chocolate cake dan red velvet cake. "Velvet buat Myungjoo eonnie yah, Papa."
Myungjoo eonnie? Siapa lagi itu?
"Iya," ujar dokter Myungho lalu bicara pada petugas toko untuk membungkus kue pilihannya. "Yang chocolate cheese cake juga yah, tapi kotaknya dibedain, satuin aja billnya."
"Hah?" aku bingung.
"Ini, kuenya," ujar petugas toko sambil memberikan dua kotak sedangkan dokter Myungho memberikan sebuah kartu kepada petugas toko tersebut.
Dokter Myungho memberikan kotak berisi kue pilihanku. "Nih, kuemu."
"Tapi kan, dokter-" aku langsung menunduk ketika aku sadar aku menatap wajah dokter Myungho. "-aku nggak enak."
"Kenapa nggak enak? Gapapa kok. Ya udah, yuk keluar. Myunghee, ajak eonnienya yah," kata dokter Myungho berjalan duluan dengan membawa kotak kue pilihan Myunghee sementara Myunghee menuntunku keluar toko kue.
"Yuk, masuk. Sekalian kita makan bareng sama anak-anak."
"Anak-anak? Cuma ada Myunghee kok?" tanyaku sambil terus menunduk.
"Ada Myungjoo eonnie dimobil," ujar Myunghee. "Yuk, eonnie juga ikut makan sama kita."
"Nggak usah, aku nggak mau repotin."
"Nggak repotin kok," sanggah dokter Myungho. "Sekalian saya mau liat perkembanganmu selama beberapa hari ini."
"Eh?"
"List ke empat. Pergi dengan lawan jenis."
Ah, iya.
Aku sampai lupa.
"Harus ikut yah, Dok?"
Kudengar dokter Myungho terkekeh lalu terdengar suara pintu mobil terbuka. "Yuk masuk."
Dokter Myungho melajukan mobilnya menuju sebuah restoran daging panggang.
Aku dan dokter Myungho duduk berdampingan, sementara si kembar duduk berseberangan dengan kami. Iya, Myungjoo dan Myunghee kembar, dan aku masih nggak bisa membedakan mereka."Masih takut banget yah sama laki-laki?" tanya dokter Myungho tiba-tiba.
"Maksudnya?" tanyaku tanpa menatapnya, aku tau ini nggak sopan tapi aku beneran nggak bisa bertatapan dengannya.