Huhuhu, maap gengs mulai jarang update nih:((
Yang biasanya 2 hari sekali update sekarang malah jadi seminggu sekali, aku udah mulai banyak tugas nih. Maapkeun.
Happy reading❤️
🥀
Justin Huang (59)
Woi, jawab!!Sudah seminggu sejak pameran seni itu dan Justin malah makin menjadi-jadi. Dia terus mengejar-ngejarku seperti orang gila, dia bahkan jadi sering sekali mengikutiku, seperti masuk ke kelas yang sama denganku padahal aku yakin dia tidak mengambil kelas itu.
Siyeon marah besar setelah tahu aku dikejar-kejar Justin, tapi tidak memberitahunya. Masalahnya jika aku memberitahunya, Siyeon akan tambah khawatir dan aku hanya akan merepotkannya. Aku tidak mau begitu.
Dan sepertinya hari ini adalah hari tersialku. Kenapa? Karena aku lagi-lagi satu kelas dengan Justin, sementara tiga temanku tidak ada yang sekelas denganku hari ini. Ini benar-benar hari tersialku.
"Hei, jawab gua. Lu pasti baca line dari gua kan?" tanya Justin menghadang jalanku untuk keluar kelas, sialnya disini sudah tak ada orang selain kami berdua.
Terkutuklah kepada keterlambatanku yang membuatku harus duduk dibelakang dan berakhir berduaan dengan seorang Justin Huang.
"M-Minggir!" kataku mencari celah tapi Justin tidak memberikannya sama sekali.
"Jawab gua dulu!" katanya sambil memukul pintu kelas.
"A-Aku bilang minggir!!" kataku lalu mendorongnya dan lari sekuat mungkin tidak peduli dengan Justin yang terus berteriak dan aku yakin tengah mengejarku sekarang.
Grep
"Kalo gua bilang jawab dulu yah lu harus jawab! Lu tuli?! Kenapa sih lari-lari?! Emang gua setan?!" katanya menarik tanganku dan membuat tubuhku berputar menghadapnya.
Tubuhku mulai gemetaran lagi. Sial, kenapa harus disaat seperti ini?
"Lepas!"
"Nggak! Jawab gua dulu!"
"Iya, aku liat! Terus kamu mau apa?! Lepas!" kataku dan menarik paksa tanganku.
Aku langsung berlari menuju gerbang, tidak peduli betapa jauhnya itu. Dan entah kenapa, aku malah melihat Dokter Myungho berdiri di dekat gerbang universitasku.
Kukira aku berhalusinasi karena kewalahan mengatasi Justin. Awalnya aku berpikir begitu, tapi Dokter Myungho malah tersenyum padaku.