Aku masuk ke apartemen Dokter Myungho dengan langkah lebar tanpa memedulikan panggilan Dokter Myungho.
"Nakwon," panggilnya sambil mencekal pergelangan tanganku yang hendak memasuki kamar si kembar. "Kamu masih hutang penjelasan sama saya."
"Bukannya dokter yang hutang penjelasan sama saya yah?"
"Maaf?"
"Kemarin dokter bilang suruh cari cowok lain. Dan sekarang kenapa juga dokter harus marah ke saya sih?" tanyaku sambil menepis tangan Dokter Myungho.
"Saya nggak kasih kamu izin pergi sama Justin."
"Saya nggak butuh izin dokter. Itu pilihan saya."
"Kim Nakwon!"
"Apa?!" pekikku.
"Hei, pasangan muda. Kalau mau bertengkar jangan disini, si kembar lagi tidur," ujar Om Jun menengahi pertengkaran kami berdua.
Aku menghela nafasku lalu menatap Dokter Myungho. "Dokter, nggak punya hak buat larang-larang saya," ujarku sebelum akhirnya memasuki kamar si kembar.
Line!
Siyeon:
Lusa kita bisa nempatin
apartemen baru
Tapi besoknya udah UAS,
apa kamu mau nunda dulu?Me:
Nggak usah
Aku mau pindah aja🥀
"Hei mungil, kamu harus banget pindah yah?" tanya Om Jun sambil melakban kardus berisi barang-barangku.
Masalah panggilan "mungil" itu aku juga tidak tau kenapa dipanggil begitu. Kalau si kembar bilang sih Om Jun memang punya kebiasaan memanggil orang-orang dengan panggilan buatannya sendiri.
"Emangnya kenapa kalo aku pindah?" tanyaku bingung.
"Nanti nggak ada yang masakin saya ramyeon lagi. Myungho jahat, nggak kasih saya makan ramyeon."
"Itu kan karena hyung hampir setiap hari ketagihan makan ramyeon. Nggal bagus buat kesehatan!" omel Dokter Myungho yang membantuku merapihkan barang-barangku juga.
Hari ini si kembar sekolah, jadi hanya ada aku, Om Jun, dan Dokter Myungho disini. Dan sejak pertengkaran kami lusa lalu, aku dan Dokter Myungho tidak bicara satu sama lain.
"Tapi apa pindahannya nggak buru-buru banget? Setau saya, besok udah UAS deh?"
"Iya, besok udah UAS. Makanya pindahannya kan pagi, biar nanti aku bisa belajar."
"Pindahan habis UAS selesai aja gimana?" tanya Om Jun.
Aku menatapnya sebentar lalu menggeleng. "Saya udah banyak repotin. Nggak usah."
"Ya udah deh," ujar Om Jun. "Tapi barangmu kok dikit sih? Buku doang lagi kebanyakan? Bajumu aja muat satu koper doang," tanya Om Jun menunjuk dua kardus kecil milikku yang berisi buku dan beberapa barang perintilanku.
"Soalnya emang hidupku itu minimalis, nggak suka belanja."
"Wah, perempuan kaya kamu nih emang harus dilestarikan yah. Iya kan, Myungho?" tanya Om Jun yang anehnya malah bertanya pada Dokter Myungho.
"Kenapa malah nanya aku sih?" gerutu Dokter Myungho kemudian menatapku. "Kamu gimana kesananya?"
"Dijemput Justin."