0.6

11.4K 1.6K 117
                                    

"Oke, jadi sejauh ini udah bisa bicara sama laki-laki tapi masih nggak berani tatap matanya yah?"

"Iya," kataku.

"Itu udah bagus kok, dulu kan kamu nggak berani ngomong sama saya," ujar dokter Myungho. "Kira-kira laki-laki mana yang sering kamu ajak ngobrol? Temennya Siyeon, Lee Jeno? Sunbaemu, Lee Midam? Atau mungkin temen satu jurusan?"

"Jeno sih biasanya, soalnya dia selalu sama Siyeon. Tapi Midam sunbae juga akhir-akhir ini jadi temen ngobrolku kalo lagi rapat organisasi, itu juga ditemenin Yena sih ngobrolnya."

"Oh, jadi harus ada temen perempuan buat dampingin yah?"

"Iya."

"Temen laki-laki sejurusan belum pernah ngobrol?"

"Be-Belum pernah."

"Waktu ngobrol ada semacam serangan panik?"

Aku menggeleng. "Belum, tapi nggak tau nantinya."

"Oke, lumayan kok perkembangannya," ujar dokter Myungho lalu menutup catatannya. "Tapi besok kamu harus coba natap lawan bicaramu, Nakwon."

"Sa-Saya usahain."

"Jadi Nakwon udah membaik, Dok?" tanya Siyeon.

"Bisa dibilang ada perkembangan, tapi perkembangannya nggak begitu besar."

"Tapi kemungkinan sembuh ada kan?"

"Ada kok. Kalo Nakwon mau usaha, dia pasti sembuh. Kamu harus terus dukung Nakwon yah," ujar dokter Myungho membereskan buku catatannya kedalam tas. "Saya ulang dulu yah."

Aku dan Siyeon kemudian berdiri. "Terima kasih dokter. Selamat malam."

"Nakwon," panggilnya.

Aku mendongak sedikit, lalu menunduk lagi. "Iya, Dok?"

"Kalau ada apa-apa telpon saya yah."

"Iya, Dokter."

"Kalau begitu, permisi yah," ujar dokter Myungho kemudian didampingi Siyeon untuk keluar dari apartemen kami.

🥀

Selepas kepergian dokter Myungho, aku langsung menidurkan diriku, entah kenapa bicara dengan laki-laki selalu menghabiskan banyak energiku.

Awalnya aku baik-baik saja. Awalnya aku bermimpi indah, tapi entah sejak kapan mimpi indahku berubah jadi mimpi buruk.




"Kalo dipaksa gitu teriak dong!"




Aku terbangun dengan satu tarikan nafas yang tertahan. Sial, kenapa harus mimpi itu lagi?

"Astaga, aku bisa gila," desisku.

Handphoneku menyalah dikegelapan, setelah kulihat ternyata hanya pesan berisi promo kopi. Kulihat jam yang tertera disana dan sudah menunjukkan pukul 01.17 A.M.




"Kalau ada apa-apa telpon saya yah."




Teringat akan ucapan Dokter Myungho sebelumnya, tanganku tergerak untuk membuka kontak Dokter Myungho.

Entah kerasukan apa, aku justru menelponnya. Untuk beberapa saat yang kudengar hanya nada panggilan saja, membuatku berpikir aku pasti sudah gila karena menelponnya dini hari begini.



"Nakwon bodoh, kamu telpon jam segini, mana mungkin dian—"





"Kenapa belum tidur?"

Daddyable | Xu MinghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang