Dokter Myungho mengalihkan pandangannya pada si kembar, begitu juga aku. Kami memperhatikan bagaimana si kembar bermain dengan riangnya, diam-diam aku menangkap senyum Dokter Myungho. Tapi ada yang berbeda darinya. Senyumnya itu ... tampak menyayat hati siapapun yang melihatnya.
"Biar impas, saya mau cerita soal masa lalu saya juga."
"Masa lalunya dokter?"
"Kamu penasaran nggak sih kemana mama si kembar? Atau penasaran nggak sih kenapa saya udah punya anak padahal saya masih kelihatan muda?"
Aku terdiam. Untuk beberapa alasan yah aku penasaran. Tapi apa sekarang hal ini patut untuk kuketahui? Sesuatu yang entah bagaimana akan membuat Dokter Myungho sedih.
"Dokter—"
"Iya," potongnya seakan-akan tahu apa yang akan kutanyakan. "Si kembar adalah kesalahan fatal saya dimasa muda."
Kesalahan fatal katanya?
"Dulu saya mahasiswa tingkat akhir yang merasa stress dengan skripsi, pergi dengan teman-teman untuk melepas stress, tapi malah berakhir dengan sebuah kesalahan fatal. Waktu itu saya nggak tau kalau bakalan begini, tapi beberapa bulan setelah wisuda, mama si kembar datang ke saya sambil bawa mereka."
"Terus, Dokter ... gimana? Mama mereka?"
"Mama mereka nggak tau kemana, hilang begitu aja habis nyerahin mereka ke saya. Keluarga saya nolak si kembar waktu itu, walau sekarang mereka udah dianggap cucu sendiri. Dulu nggak ada yang dukung saya, semua jadi serba berat."
"Saya harus bisa bagi waktu antara pekerjaan sama mereka, apalagi yang saya rawat itu dua bayi sekaligus, padahal saya nggak tau apa-apa soal bayi. Mau gendong aja kayanya takut matahin tulang mereka."
"Kalau sekarang ... dokter gimana?"
Dokter Myungho kembali menarik kedua sudut bibirnya. Kali ini senyumnya tampak lebih bahagia.
"Dulunya saya menyesali keberadaan mereka, kalau sekarang ... saya seneng kok ada mereka. Waktu saya capek, mereka pasti datengin saya sambil bilang 'Papa, capek yah? Sini dipeluk'. Lucu kan?"
Dokter Myungho lalu menatapku dan membelai rambutku. "Sekarang kita impas yah, Nakwon."
Aku terkekeh. "Iya."
"Nah!" kata Dokter Myungho berdiri. "Yuk pulang, nanti kemaleman, Siyeon khawatir lagi. Kembar! Pulang yuk!"
🥀
Mobil Dokter Myungho berhenti di depan gedung apartemen tempatku tinggal. Aku melepaskan seatbelt dan berpamitan padanya juga si kembar.
"Terima kasih, Dokter," kataku dan hendak membuka pintu.
"Nakwon."
"Ya?"
"Minum susu hangat sebelum tidur yah, itu bisa buat tidur lebih tenang."
Aku mengerjap. Bertanya-tanya apa maksud ucapan Dokter Myungho.
"Hari ini pasti berat kan? Karena harus mengenang kembali masa lalumu lagi?"
"Ah..." kataku akhirnya paham. "Iya, Dokter. Selamat malam. Sampai jumpa kalian."
"Dadah eonnie!"
Aku pun turun dari mobil Dokter Myungho dan benar-benar melakukan apa yang dikatakan olehnya. Minum susu hangat sebelum tidur dan kemudian bermimpi dengan indah hingga pagi.
🥀
Hari-hari mendekati UTS semakin dekat, konsultasiku dengan Dokter Myungho juga mulai berkurang karena kami berdua memutuskan untuk fokus pada kegiatan belajarku.