Aku menanggapi Siyeon dengan malas dan menyerahkan handphoneku padanya.
Setelah konsultasi tadi siang, aku menyimpan nomor dan ID line dokter Myungho kedalam handphoneku, siapa yang menyangka kalau dokter Myungho akan mengirim pesan duluan padaku?
"Apa-apaan? Kamu kasih namanya kaku banget!" protes Siyeon.
"Ya suka-suka akulah! Orang aku yang kasih nama," balasku.
"Dokter Myungho cuma read doang chatnya."
Aku melihat layar handphoneku.
Dokter Myungho
Kim Nakwon: Selamat malam, dokter Myungho Ini Kim Nakwon 'Read'
Dokter Myungho: Selamat malam, Nakwon^^
Kim Nakwon: Mohon bantuannya untuk kedepannya 'Read'
Dokter Myungho: Yup^^ Selamat beristirahat
Kim Nakwon: Dokter juga 'Read'
"Ya emangnya kenapa kalo cuma diread?" tanyaku bingung sambil mengambil kembali handphoneku.
"Aku kan mengharapkan kisah cinta antara dokter dan pasiennya kaya di drama-drama!" pekik Siyeon. "Kamu juga jangan cuek kek!"
"Yah kamu aja sana yang sama dokter Myungho, dasar aneh!" balasku lalu menaiki tangga untuk menuju kasurku yang ada diatas kasur Siyeon. "Matiin lampunya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Iya, iya," balas Siyeon dan kemudian mematikan lampu kamar, karena kasur Siyeon ada dibawah dan dia tidak bisa tidur dalam keadaan gelap, jadi dia menyalahkan lampu tidur disamping tempat tidurnya.
Aku sudah mulai memejamkan mata, memikirkan apakah aku bisa sembuh dari phobiaku atau tidak. Aku juga membayangkan bagaimana aku dapat bertahan di universitas pilihanku selama empat tahun kedepan jikalau phobiaku ternyata tidak bisa disembuhkan.
Memikirkan masa depan kadang membuatku merasa tertekan, sehingga kadang aku membuat diriku berpikir terlalu keras untuk menyusun plan A sampai Z untuk masa depanku nantinya.