Aku duduk dikursi gantung yang ada diteras apartemen dengan memeluk salah satu kakiku yang kutekuk untuk menopang wajahku, sementara yang satunya kubiarkan menjuntai ke lantai begitu saja.
Sekujur tubuhku masih sakit karena kejadian kemarin, kepalaku masih agak sedikit pening, belum lagi dengan bodohnya aku melemparkan tasku pada Justin tanpa mengambilnya kembali, padahal disana ada binder dan semua hal mengenai materi pembelajaranku. Dan hatiku ... masih begitu kesal pada Justin tanpa sebab.
Parahnya lagi, hari ini aku membolos dan ketinggalan materi pembelajaran. Padahal aku ingin cepat lulus, tapi malah kena masalah. Dasar.
"Nakwon, makan dulu yuk," tawar Siyeon padaku.
Aku beranjak dari posisiku sekarang ini dan mulai berjalan menuju ke meja makan. Siyeon terlihat sedang menata peralatan makan kemudian duduk dikursinya.
"Masih sakit?" tanya Siyeon ketika melihatku duduk dihadapannya. Ya, Siyeon tau kalau aku habis dianiaya para kakak tingkat. Tentu saja Siyeon marah luar biasa saat aku bercerita padanya, tapi aku berusaha menahannya karena ini masalahku bukan masalahnya.
"Nggak kok. Udah lumayan baikan."
"Emang siapa sih kakak tingkatnya itu?!"
"Udah ah nggak usah diurusin. Ayo makan," kataku dan mulai menyuapkan makanan ke mulutku. Siyeon tidak bicara lagi soal itu dan ikut makan bersamaku.
"Eh," kataku ketika teringat sesuatu. "Kamu punya concealer?"
"Punya. Kenapa?"
"Aku minta dong. Sebentar lagi ada jadwal konsul sama Dokter Myungho."
"Terus? Kamu mau dandan? Biar cantik?"
"Ish! Bukan," kataku lalu menunjukkan beberapa lebamku yang tidak tertutupi oleh sweaterku, seerti pada bagian punggung tangan dan samping leher. "Buat nutupin ini."
Siyeon melotot. "Kok kamu nggak bilang?!!"
"Ini aku udah bilang! Makanya minta!"
Siyeon langsung beranjak ke kamar dan kembali lagi dengan membawa concealernya. Siyeon mengoleskan concealernya dibeberapa lebamku.
"Kamu tuh harusnya bilang dong dari kemarin! Gimana sih?!"
"Lupa."
"Enak banget ngomongnya!"
Ting tong!
Siyeon dan aku sama-sama bertatapan. Siyeon langsung panik dan mengoleskan concealer secara asal dan meratakannya juga asal-asalan.
"Cepet! Cepet!" katanya lalu mendorongku untuk membuka pintu sementara dia menyimpan makanan kami di rak dapur. Kan tidak enak jika Dokter Myungho melihat kami sedang makan.
Ting tong!
"Sebentar!" kataku berlari kecil untuk mencapai pintu dan membukakan pintu. "Selamat sia—Justin?"
Dihadapanku berdirilah Justin dengan tasnya yang disampirkan disalah satu pundaknya, lalu tangannya yang memegang tasku sementara yang satunya lagi memegang buku entah apa.
"Ngapain kamu?" tanyaku judes. "Mau ngundang para fansmu buat menghajarku lagi?"
Sekilas mata Justin tampak membulat, seakan-akan dia kaget. Tapi aku tidak peduli, mau dia terkejut atau tidak, semuanya gara-gara dia.
"Lu nggak masuk hari ini."
"Peduli kamu apa?"
"Nakwon, Dokter Myungho ud—Ngapain kamu disini?" tanya Siyeon ketika melihat Justin, percayalah nada Siyeon jauh lebih judes dariku terlebih lagi wajahnya galak sekali.