"Kamu tuh ngapain lagi sih kesini?!" omelku pada Justin. "Pagi-pagi lagi!"
"Temen-temen kamarku ngorok semua. Nggak liat mataku berkantung gini gara-gara nggak bisa tidur?" katanya menunjuk matanya yang memang aku akui agak berkantung.
"Terus ini apa?" tanyaku menunjuk dua mangkuk yang ada di nakas.
"Sarapan. Aku ambil duluan."
"Bareng yang lain dong!"
"Ruang makannya nggak bakal cukup buat semua orang, lagian udah ada yang ambil duluan juga kok."
"Terus ngapain kesini pagi-pagi? Kamu belum jawab aku."
"Mau sarapan bareng kamu. Nih," katanya menyodorkan mangkuk sup padaku.
Aku menghela nafas dan mengambil mangkuk sup tersebut, lalu duduk di tepi tempat tidur, sementara Justin duduk di lantai.
Baru saja menikmati sarapan, pintu kamarku dibuka paksa. "Nakwon, kok dikunci sih?"
Aku menatap Justin. "Gimana nih?" tanyaku berbisik.
Justin mengangkat bahunya, tidak tahu. Membuatku semakin pusing karenanya.
"Nakwon."
"Iya sebentar, Chaewon."
"Kamu ngapain?"
Justin sudah memasang gestur tubuh seperti ini;
Jangan-kasih-tau-kalo-aku-disini. Seperti itu kira-kira maksud dari gestur tubuhnya. Tapi bagaimana caraku menyembunyikannya??
"Nakwon, ngapain sih?"
"Itu .. aku ... aku baru selesai mandi. Kenapa?"
"Oh, aku mau panggil kamu buat sarapan."
"Aku udah ambil duluan kok."
"Kamu makan di kamar?"
"Iya, males di ruang makan. Numpuk gitu, pengap."
"Ya udah. Aku duluan yah."
"Iya," jawabku lalu beralih pada Justin. "Lagian kamu tuh ngapain sih ke kamarku? Kalo ketahuan orang gimana?"
"Suka-suka akulah."
Aku memutar bola mataku malas. Sudah lelah berdebat dengan Justin. Aku pun melanjutkan sarapanku dengan Justin, lalu setelah habis, Justin lebih dulu keluar dan disusul olehku setelahnya.
Beberapa pasang mata menatap kami ketika kami meletakkan mangkuk kami di tempat cucian piring.
"Kenapa?" tanya Justin.
"Kok kalian bisa barengan?" tanya Minju.
"Justin, lu nggak nga—"
"Nggak," jawab Justin. "Gua nggak ngapa-ngapain Nakwon, Chaeyeon. Gua makan di kamar gua."