Hari ini, Dokter Myungho mengajakku keluar untuk konsultasi lagi. Dan kali ini si kembar diajak, soalnya ini weekend.
"Papa, ayo kesana!"
"Papa, mau kesitu!"
"Myungjoo, Myunghee, stop. Papa ajak kalian keluar bukan buat nurutin maunya kalian, tapi buat nurutin maunya Kak Nakwon."
"Maunya saya?" tanyaku menunjuk diriku sendiri.
"Kamu mau kemana hari ini?"
"H-Hah? Ke-Kemana aja. Ikutin si kembar juga gapapa kok."
"Heh, enak aja. Si kembar untuk sering saya turutin maunya. Sekarang kamu yang saya turutin maunya," jawabnya tersenyum. "Kamu mau kemana?"
"Ke ... taman? Jalan-jalan? Duduk mungkin?" kataku ragu-ragu, soalnya aku kan nggak punya rencana apa-apa hari ini.
"Kembar! Ayo ke taman aja, nanti kalian papa beliin bingsoo."
"Yeyyyy, bingsoo!!" pekik si kembar kegirangan.
🥀
Sampai di taman, Dokter Myungho benar-benar membelikan si kembar bingsoo. Kami duduk di kursi taman dan Dokter Myungho memulai sesi konsultasi yang diselingi pertanyaan-pertanyaan ringan seputar kehidupanku.
Bercerita dengan Dokter Myungho sangat seru. Dia pendengar yang baik, ditambah lagi dengan si kembar yang makin menambah suasana ini semakin menyenangkan.
Rasanya sudah lama sekali. Sudah lama sekali tidak merasa begini. Entah sejak kapan aku mulai melupakan bagaimana hangatnya bercengkrama dengan orang lain seperti ini.
"Mati saja sana!!"
Aku tersentak ketika suara itu, suara yang tidak pernah ingin aku ingat lagi malah terdengar lagi. Kenapa harus terdengar lagi ketika aku sudah hampir melupakannya?
"Nakwon? Kenapa?"
"Ah, gapapa, Dok, hehehe."
Jangan panik, Nakwon. Tenanglah. Batinku.
Ayo tenanglah, kamu bisa, Nakwon. Itu hanya ingatan buruk yang harus kamu lupakan. Jangan terpengaruh. Kamu hanya berhalusinasi.
"Menjijikan!"
Aku menutup mataku rapat-rapat. Jangan dengarkan. Abaikan saja. Abaikan.
"Diam," desisku.
"Nakwon?"
"Mati saja sana, kamu nggak pantas hidup! Dasar pembunuh!"
"Nakwon? Kamu kenapa?"
"MATI SANA! MATI! PERGI SANA KE NERAKA!"
"AHHHHHHH!!!" aku memekik dengan kedua tanganku yang menutupi kedua telingaku. "Diam! Diam! Jangan bicara!"
"Nakwon?! Kamu kenapa? Ini saya."
"Diammmm! Kubilang diam! Diam! Diam!!!"
Lalu aku tiba-tiba merasakan tubuhku terguncang.