Seorang wanita meletakkan sebuket bunga lily putih di depan sebuah nisan berukiran nama orang yang pernah menjadi orang yang paling ia takuti di dalam hidupnya.
Wanita itu mengusap lembut nisan tersebut sambil tersenyum. "Ayah, aku datang lagi. Bagaimana kabarmu?"
Wanita itu—Nakwon, tersenyum begitu lembut dengan kedua mata yang menyiratkan sebuah kerinduan. Masa lalu menyakitkan itu sudah berhasil ia lewati, hingga akhirnya hanya sebuah kerinduanlah yang tersisa saat ini.
"Harusnya kamu kasih crysant, jangan lily terus bosen," ujar seorang pria yang ikut meletakkan sebuah buket bunga crysant di depan nisan tersebut.
"Justin? Kamu kapan sampai sini?"
"Pegawai kesayanganku libur, mana mungkin aku nggak nyamperin? Lagian kenapa nggak izin ke aku? Kok malah ke ayah?"
"Kan ayahmu bosnya?"
"Harus ke aku dulu!"
Nakwon menghela nafas. Bahkan walaupun sudah genap berusia 28 tahun, dimata Nakwon, Justin tetaplah bayi besar egois yang selalu manja.
"Kesini sama siapa?"
"Sendiri."
Lulus bersama-sama dan bekerja bersama, Nakwon dan Justin benar-benar tidak terpisahkan sejak saat itu. Setelah lulus, Nakwon langsung diundang wawancara untuk mengisi kursi kosong sebagai konsultasi mental pegawai di perusahaan ayah Justin, sementara Justin malah langsung ditempatkan jadi sekertaris ayahnya.
Setelah empat tahun bekerja menjadi sekertaris ayahnya, Justin ditempatkan menjadi direktur bagian perencanaan pemasaran oleh ayahnya. Padahal jelas sekali Justin sengaja mengambil jurusan psikologi supaya tidak ditempat ke bagian-bagian menyebalkan seperti perencanaan pemasaran dan ingin bagian-bagian santai seperti menjadi konsultasi mental pegawai yang tidak perlu putar otak tujuh keliling.
Teman-teman mereka yang lain juga mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Siyeon dan Jeno membuka bisnis travel tiga tahun lalu untuk merayakan hari jadi mereka yang kelima tahun. Somi, Hyunjin, dan Daehwi melenceng jauh dari jurusan yang dipilihnya dulu, mereka bekerja di sebuah perusahaan musik, menjadi seorang composer musik. Minju punya klinik psikolog sendiri dan selalu ramai. Chaeyeon bekerja di rumah sakit jiwa sambil menempuh S2. Dan si kembar Lee bekerja di perusahaan milik paman mereka, Chaewon jadi HRD dan Felix jadi supervisor bagian perencanaan pemasaran.
"Udah berapa tahun sih sejak kamu mengunjungi ayahmu?" tanya Justin.
"Delapan tahun."
Saat ulang tahun Nakwon yang ke-20, Justin menanyakan hadiah apa yang diinginkannya dan Nakwon menjawab bahwa dia ingin melawan ketakutannya. Dia ingin bertemu ayahnya. Sayangnya, ketika keberanian sudah mengisi jiwanya dan hatinya telah teguh, yang ingin ia temui justru pergi untuk selama-lamanya.
"Ayahmu meninggal di dalam penjara bulan lalu karena sakit jantung. Sepertinya hanya ini saja yang tersisa."
Seorang sipir memberikan sebuah buku catatan kecil lusuh berisikan semua permintaan maaf dan semua kalimat sayang yang tak sempat ayahnya katakan pada putri kecilnya yang berharga.
"Lama juga yah?"
"Hmm," balas Nakwon. "Kamu mau apa sampai nyusul aku ke Anyang?"
"Ah yah. Aku mau nanya. Kapan jadinya kita liburan?"
"Terserah kamu aja."
"Ya udah, ayo."
"Apa?"