Suara teriakan dan kehebohan para pendukung masing-masing sekolah menggema memenuhi Gedung Olahraga itu. Tepat di hari ini, pertandingan basket antar sekolah itu dimulai.
Pertandingan ini dilakukan sore hari, ya kira-kira sekarang sudah pukul enam sore.
SMA Harapan Nusantara menjadi lawan yang menurut sekolah lain paling sulit. Selama tiga tahun pertandingan, SMA Harapan Nusantara selalu menduduki peringkat pertama dengan score yang sangat jauh dari sekolah lain.
Fana serta teman-teman yang datang mendukung sekolah mereka duduk di baris penonton nomor tiga dari atas.
Fana benar-benar tidak mengikuti pertandingan yang selama ini ia inginkan. Dia dengan santai menonton tanpa minat. Melihat tim basketnya kehilangan strategi, membuat Fana sedikit yakin kalau mereka tidak bisa lolos sampai babak final.
Namun, pandangan lelaki itu tetap fokus kepada sosok gadis yang sedang menunggu di pinggir lapangan untuk menantikan waktu istirahat tim.
Priiitttt!!!
Suara peluit menandakan babak perempat final istirahat. Senja dan Nalda sibuk memberi mereka air putih dan mengelap peluh anggota tim bercucuran itu. Mereka berdua dengan sigap melayani kebutuhan para anggota.
Sementara Fana dari atas sana memerhatikan bagaimana Senja yang begitu perhatiannya terhadap Radha.
"Kalian ini gimana sih, kok kacau mainnya?!" kata Devo setelah melihat score yang terpaut cukup dekat. Dengan SMA Harapan Nusantara 20-18. Biasanya mereka akan melampaui sampai sepuluh point di atas tim lawannya.
"Formasi kita berubah, Dev," sahut Gara.
Lelaki itu merasa sangat memerlukan kehadiran Fanathan dalam pertandingan ini.
"Biasanya Nathan yang dapet bagian depan, tapi sekarang gue yang main depan," sahut Eltra juga.
"Udahlah, kita pikirin strategi untuk sampai babak final. Masalah Nathan ada atau enggak, bukan masalah besar buat kita. Ada atau pun dia gak ada," Radha melirik Senja dan Fana secara bergantian, "kita bakal menang."
Setelah waktu istirahat selesai, tim Radha kembali bermain, sementara Fana tetap diam di bangku penonton tanpa gairah. Sudah pasti tidak akan menang. Melihat strategi yang kacau itu ia yakin sekali.
Waktu sudah berlalu dan babak perempat final sudah selesai, seperti dugaan Fana sebelumnya, tim sekolahnya berhasil dikalahkan dalam sejarah ia bergabung dengan tim basket itu.
Ia beranjak dari bangku penonton dan turun mendekati Senja yang merapikan botol-botol minum itu.
Fana menepuk bahu Senja. "Nja, gue tunggu di tempat parkir ya."
Gadis itu mengangguk lalu Radha dan teman-temannya terduduk di lantai.
"Gini jadinya kalo Nathan gak main bareng kita, biasanya dia yang ngusulin strategi main," ucap Eltra putus asa.
"Kenapa sih harus Nathan mulu! Dia udah out dari tim kita, jadi gak usah dipikirin lagi," sahut Radha mulai geram.
"Tapi yang dibilang Eltra bener. Dan lo dengan siasat bodoh itu malah buat dia keluar dari tim ini."
Mata Radha menyipit tajam. Temannya yang berbicara keras itu membuat Senja menoleh ingin mendengarkan dengan saksama.
"Apa maksud perkataan siasat bodoh itu?!" tanya Gara yang mulai ikut naik pitam.
"Dia sengaja ngambil bajunya dari tempat Senja biar Senja kena marah dan Devo nyuruh dia berhenti," sahut temannya lalu ia langsung menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Rindu [Completed]
Teen Fiction"Fana jadi debu! Fana selamanya jadi ilusi buat Senja!" Senja tidak pernah menduga akan memasuki lingkaran kehidupan baru ketika bertemu Fanathan, salah satu anggota tim basket di SMA Harapan Nusantara. Kembali berurusan dengan Regha; manta...