"Sshhhhh!!!"
"Eltra cepat kamu lari! Masuk ke mobil di ujung jalan! Mereka akan bawa kamu dan Gara ke tempat aman! Biar saya yang mengurus pria brengsek ini!" teriak pria itu keras.
Tanpa pikir panjang, Eltra langsung membuka kain yang menutup matanya dan memapah Gara untuk menuju mobil yang dikatakan pria itu. Eltra tidak melihat dengan penasaran siapa sebenarnya sang suara itu, terserah. Dengan sekuat tenaga Eltra berlari memapah Gara yang lengannya mengeluarkan darah terus menerus.
Eltra sampai di mobil yang dimaksud pria itu. Eltra percaya hal ini bukanlah jebakan, lelaki itu masuk ke mobil bersama Gara. Mobil sedan hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi. Dan Eltra sama sekali tidak menaruh kecurigaan. Pikirannya kacau, tidak bisa berpikir jernih, dan semuanya terasa terlalu cepat bagi Eltra.
"Eltra ... Lo yakin kita ... gak ... apa-apa ada di sini?" tanya Gara dengan merintih pelan. "Eltra ... sakit banget serius ini gue gak bohong. Ternyata gini rasanya disayat pisau..."
Spontan, Eltra langsung memukul paha temannya itu. "Lo! Lagi genting gini malah bisa bercanda! Gak lucu bego!"
"Tapi ... lo yakin kita bakalan bbaik-bhaik aja?"
Lelaki itu mengangguk lemah. "Gak ada alasan untuk kita gak percaya sama orang yang udah nolongin kita, Gar!"
"Tapi bisa jadi ini cuma jebakan, kan?" tanya Gara lagi.
"Enggak. Percaya gue. Kita aman." Eltra langsung merogoh ponselnya dan menyalakan ponselnya yang mulanya mati.
Eltra melepas kemejanya, lalu mengikatkan itu di lengan Gara yang terkena sayatan. "Gue yakin kita gak di bawa ke rumah sakit, jadi lo harus nahan luka lo itu dengan kemeja gue. Gue yakin kita baik-baik aja."
Gara menatapnya malas disertai rintihan pelan. Kemudian ia mengangguk sambil mengacungkan jempol.
"Sebelum kita nyampe yang entah gue gak tau kita bakalan di mana, kenapa lo bisa jadi ada di sana?" tanya Gara untuk kesekian kalinya.
Eltra mulanya diam. Dia tidak mengeluarkan suara selama sesaat. Lelaki itu juga berusaha berpikir mengapa ia bisa berada di tengah pepohonan itu.
"Bro ... Eltra!!"
"Gue gak tau buset!" Eltra diam. "Gue gak tau kenapa gue bisa ada di sana. Gue cuma inget lo turun mau nyari minum sama ke toilet terus lo ninggalin gue dan gue ngeliat lo jalan ke arah pohonan itu."
"Buset! Lo ngeliatin siapa itu buset!" sahut Gara heboh.
"Buset lo berisik banget anjing gila!"
Tiba-tiba mobil berhenti, lalu sang supir turun tanpa menoleh ke belakang dan tidak memberikan aba-aba untuk Eltra dan Gara pergi ke arah mana.
Setelahnya perasaan Eltra dan Gara mulai tidak enak ketika melihat sekeliling keduanya. Mereka berada di tengah hutan dengan gubuk yang tidak jauh dari sana. Seketika keduanya saling pandang. Sementara Eltra memejamkan matanya.
Crap!
Ini lokasi pertama tempat Senja diculik. Hutan lebat yang mana di dalamnya terdapat rumah kosong. Lelaki itu mengedarkan pandangannya, ada tebing tidak jauh dari sana. Terdengar suara air mengalir. Ya! Eltra yakin inilah tempatnya. Hutan ini berada di sekitar lokasi perumahan Nathan.
Dan, entah tanpa ide atau firasat apa pun, Eltra memberanikan diri berjalan memasuki rumah kosong tersebut.
"Bro Eltra! Tungguin!" teriak Gara yang langsung mengikuti arah Eltra.
Rumah kosong itu tidak besar. Namun benar-benar tidak terawat, tetapi terlihat seolah baru didatangi oleh seseorang. Eltra melihat sekelilingnya. "Shit. Kita dijebak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Rindu [Completed]
Novela Juvenil"Fana jadi debu! Fana selamanya jadi ilusi buat Senja!" Senja tidak pernah menduga akan memasuki lingkaran kehidupan baru ketika bertemu Fanathan, salah satu anggota tim basket di SMA Harapan Nusantara. Kembali berurusan dengan Regha; manta...