Sejak detik di mana Senja mengetahui bahwa orang yang berada di dalam ruang UGD itu bukanlah papanya, ia bersama Fana dan kedua temannya itu langsung menuju markas Bima, teman Fana yang dijuluki sebagai 'sumber'.
Mereka berlima sudah berkumpul di dalam ruangan penuh dengan berbagai macam alat-alat canggih yang Senja yakini itu adalah sebagian macam dari cara untuk Bima menemukan Senja yang waktu itu diculik.
Namun, sebelum semua ini berlangsung, kisah yang sebelumnya terjadi adalah...
"Gue yakin kok kalo apa yang gue liat itu emang bener, Nath," ucap Eltra bersikeras untuk membuka kain putih yang menutup tubuh 'Papa Senja'.
"Telepon Bima, coba minta tolong, apa dia bisa mastiin siapa orang ini sebenernya."
Eltra mengangguk dan ia langsung menelepon Bima, dan lelaki itu hanya berkata bahwa mereka semua harus menuju ke tempatnya untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi dengan ini semua. Dan siapakah yang sebenarnya berada di dalam sana berpura-pura menjadi Papa Senja.
"Kita harus ajak Senja, Nath. Dia juga harus tau ini. Dia harus tau kalo—"
"Gue harus tau soal apa?"
Keduanya langsung melirik ke arah pintu masuk ruangan UGD itu dan seketika mereka menahan napas untuk beberapa saat sebelum akhirnya Fana memutuskan untuk mengajak gadisnya itu berbicara di luar bersama Gara dan Eltra.
"Ha? Maksudnya Fana?!"
Senja berteriak. Ia tidak habis pikir dengan penjelasan tidak masuk akal dari Fana. Yang benar saja, mana mungkin ada orang di dunia ini yang ingin meniru wajah Prasetya yang bahkan bukan merupakan seorang pejabat tinggi ataupun orang yang sangat berpengaruh bagi dunia.
Sama sekali tidak masuk akal.
"Yang Nathan bilang itu bener, Nja. Gue juga yakin seratus persen kalau misalnya yang di dalam itu," Eltra menunjuk ke dalam ruangan, "bukan bokap lo. Pria baret itu sengaja nyuruh orang untuk pakai wajah bokap lo supaya bikin lo dan kita semua khawatir."
"Eltra! Kok lo ikut-ikutan Fana sih?!" Senja bangkit dari tempat duduknya. Mukanya memerah. "Kalian semua tau kondisi Papa udah sekarat, dan kalian tega-teganya nyebut kalo yang ada di sana itu bukan Papa! Kalian maunya apa sih?! Kalo mau bercanda, bukan sekarang waktunya!"
Senja langsung saja berlari meninggalkan ketiganya yang terpaku melihat dirinya yang sudah tersulut emosi. Sementara Fana langsung mengejar gadisnya dan tidak mempedulikan Eltra dan Gara yang duduk di sana.
Gara, lelaki itu memiringkan kepalanya. "Eh Bro Eltra... sorry to say nih..."
"Ngapa?"
"Sorry to say aja nich ya..."
"Iya apa bangsat! Lo ngomong ya ngomong aja babi!"
"Jujur aja nich."
Eltra menajamkan matanya. "Gue bogem lo lama-lama!"
"Iya gue cuma mau jujur aja."
"Bangsat! Ngomong aja setan!"
"Jujur—"
"IYA ASU GAK USAH BILANG JUJUR LAGI! TINGGAL NGOMONG AJA BABII!!"
Hening.
Semua pengunjung yang berada di lorong rumah sakit itu melirik ke arah Eltra dengan tatapan tidak mengerti, seolah Eltra itu adalah alien yang kerasukan manusia. Termasuk Gara, ia menjauhkan beberapa sentimeter jaraknya dari brothernya itu. Namun Eltra dengan tatapan ganas ia menarik kuat tangan Gara dan memukulnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/163288110-288-k13234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Rindu [Completed]
Novela Juvenil"Fana jadi debu! Fana selamanya jadi ilusi buat Senja!" Senja tidak pernah menduga akan memasuki lingkaran kehidupan baru ketika bertemu Fanathan, salah satu anggota tim basket di SMA Harapan Nusantara. Kembali berurusan dengan Regha; manta...