"Huuuuuuuuu!!!" Teriak cowok tampan yang lagi-lagi menang pertarungan.
"Curang! Lo pakek ngajak curhat, sih!" Balas tidak terima cowok berwajah serupa dengan pemenang.
"Yeeee... Lo aja yang pe'a, ngapa nanggepin mulu coba?" Sahut sang kakak.
"Dean! Rean! Jemput adik kalian di rumah Sahila!" Teriakkan menggema yang berasal dari lantai dasar. Menghentikan perdebatan mereka.
Dua cowok kembar itu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Mamanya yang tengah hamil muda itu memang suka menghancurkan kesenangan mereka berdua saat berlibur seperti saat ini.
"Buruan, daripada nggak dapet tambahan uang saku. Sekalian aja kita muter-muter di luar." Ucap Dean, meminta adiknya untuk segera mengambil kunci mobil.
"Lagian itu gadis perawanya Pak Leo ngapa nggak bawa mobil sendiri, seh! Nambahin pekerjaan aja." Gerutu Rean, ia membuka pintu kamarnya dan keluar bersama Dean.
"Kita pamit, Ma!" Teriak Rean saat sudah sampai di lantai satu.
"Hati-hati. Jangan mampir-mampir di pinggir jalan, kita harus ke acara perusahaan nanti malam." Pesan Shea yang kini tengah santai menonton tv.
Di usia kepala tiga, Shea semakin dewasa dan cantiknya berlipat-lipat ketambah sexy juga. Leo bahkan sering menggoda istrinya itu yang tidak bisa membuatnya betah di luar rumah.
"Mama ku yang cantik. Kita berdua inget kok." Balas Dean.
"Adek ku yang baik, jangan suka bikin Mommy tereak dong! Kasihan abang-abang gantengnya, loh!" Ucap Rean yang sudah mengelus perut Mamanya yang menggembung.
"Biarin dong! Anak, anak Mama ini. Yaudah cepetan di jemput sana Keira sama Livi." Perintah Shea yang kemudian di angguki oleh si twins.
Adik perempuannya yang paling dewasa memang membuat mereka sekeluarga overprotektif. Apalagi gadis itu bertumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan sedikit bad. Sifatnya mewarisi sifat Leo juga, sama seperti twins. Sedangkan Shea selalu berharap agar putrinya yang masih kecil dan yang masih di dalam perut tidak seperti anak-anaknya yang sudah besar. Mengingat satu Leo saja sudah bikin cenut-cenut kepala, apalagi dengan gen Leo yang lainnya.
"Kei emang nyusahin, dah! Ngapa pakek main ke rumah adek mantan gue?" Gerutu Rean, sembari menjalankan mobilnya ke alamat rumah mantan pacarnya yang kebetulan Kakak dari teman adiknya.
"Makannya jangan banyak mantan. Ribet sendiri kan lo, mau seliweran di depannya harus mikir-mikir dulu. Mau mutusin aja pakek bayar orang buat bikin drama." Ketus Dean yang sampai sekarang belum pernah berpacaran.
"Namanya juga perkembangan remaja, biar berkesan dikit gitu. Lo terlalu cemen sih, nggak berani nembak cewek."
Dean menyunggar rambut hitam kecokelatannya ke belakang kiri. "Nggak minat."
"Lo emang bener bener keturunannya Om somplak kita." Sanjung Rean dengan tertawa mengejek.
"Dapet gugatan dari pengadilan, entar tau rasa lo! Tau sendiri Om lo somplak, masih aja lo tanggepin."
"Namannya sama keluarga. Kalau nggak di tanggepin nggak sopan, dong! Kena marah Kakek sama Oma, ntar!" Rean mengingat Miko dan Jenny yang paling suka mengomelinya, berbeda dengan Samuel dan Andin yang mewanti-wanti agar tidak mengomeli cucunya.
"Gue kira kita bakalan cebol terus sampek sekarang. Eh... ternyata bisa numbuh tinggi begini. Ya, walau masih tinggian gue dikit lo tetep kembaran gue kok." Celetuk Rean dengan menghentikan mobilnya di pekarangan rumah minimalis yang letaknya tidak jauh dari perumahan elitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Teen Fiction[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"