Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi, dan Rean baru membuka matanya. Bibir merahnya menggerang, sembari kedua tangannya menjulur ke atas. Sebenarnya Rean masih tidak ingin bangun, kalau saja seseorang tidak mengusik tidurnya dengan berbagai macam tindakan tak terduga.
"Wake up! Di rumah orang nggak tahu diri banget!" Ketus Charlotte dengan menyingkap lepas selimut tebal yang sebelumnya menutup tubuh Rean.
"Ngapain nggak pakek baju?! Mau pamer? Sorry ya, punya cowok gue lebih mbentuk daripada badan lo yang kerempeng." Charlotte pagi-pagi sudah darah tinggi spertinya.
Nih cewek dari luar tampangnya nyeremin, eh ternyata ngeselin. Cerewet banget lagi.
"Berisik!" Teriak Rean, beranjak turun dari tempat tidur yang berakhir oleng.
"Pelan aja, bisa?" Charlotte dengan judesnya memapah tubuh tinggi Rean. Membiarkan cowok tersebut mengumpulkan kekuatan sebelum melangkah lagi.
"Mau kemana? Biar gue bantu."
"Yakin?" Tanya Rean, dan Charlotte mengangguk malas.
"Mau ke kamar mandi. Tolong sekalian mandiin ya?" Goda Rean, kumat lagi.
Charlotte menyikut sisi kiri perut Rean, membuat cowok itu meringis dan merintih sakit. Tapi Charlotte tidak perduli, yang terpenting tugasnya bertanggungjawab akan selesai setelah Rean pulang dari rumah tersebut.
"Habis sarapan, gue anterin pulang. Mobil lo ntar bisa di anterin supir." Ucap Charlotte sembari membuka pintu kamar mandi dan menyeret masuk tubuh Rean pada shower room.
"Jangan sampai jatuh, kalau lemes nyandar aja di tembok. Gue nggak mau lo memperlambat kebebasan gue setelah ngerawat lo yang abis sekarat. Gue tunggu di luar." Charlotte keluar setelah mengatur air shower yang akan di gunakan Rean.
Sementara itu, Rean terpesona dengan perlakuan Charlotte yang menurutnya manis. Kalau bukan musuh, pasti sudah Rean embat. Sayangnya, Charlotte sudah juga memiliki kekasih.
"Aneh banget. Rencana mau bikin dia jadi mainan, kayaknya nggak kelakon." Dumelnya sembari mulai membersihkan diri.
Di kamar tamu itu Charlotte mendecak kesal. Tidak lelah ia mengumpat, menyalahkan idenya semalam. Tahu begini, Charlotte tidak usah menantang Rean minum.
"Cowok lemah, sih!" Gerutunya lagi dan lagi.
Charlotte merebahkan tubuhnya di kasur bekas Rean tidur. Menghela nafas berkali-kali, sembari tersenyum. Sebentar lagi ia bebas setelah berhasil mengantarkan cowok tersebut pulang. Dan Charlotte sudah menata apik rencananya pergi keluar negeri. Tinggal menunggu kebebasannya.
"Ngapain lo senyum-senyum? Gila?"
Charlotte mendudukkan tubuhnya, menatap sengit Rean yang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan masih bertelanjang dada dan rambut basah yang mengucurkan air.
"Jorok lo! Airnya kemana-mana, tuh! Kepleset tau rasa lo!" Sembur Charlotte, ia mengambilkan satu handuk lagi dan melemparkannya pada Rean.
"Wooo... baik juga." Celetuk Rean, mengusapkan handuk tersebut ke kepalanya dan mengambil langkah menuju Charlotte. Namun sayangnya, ia harus terpeleset karena air yang sempat membasahi lantai. Alhasil ucapan Charlotte menjadi boomerang.
"Hah... Mampus lo!!!"
Rean meringis sakit, dengan memegang pantatnya bahkan lengannya ikut sakit karena tertindih terlalu kencang.
"Ada apa ini?" Tegur seorang wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu kamar.
Charlotte tersenyum pada aunty-nya. "Dia kepleset, Aunty. Ceroboh banget sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Teen Fiction[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"