"Arghhh!" Teriak Rean, ia terduduk di atas tempat tidurnya dengan tubuh berkeringat. Ini adalah mimpi, mimpi yang sangat aneh baginya.
"Gila! Gue mimpi abis making love sama si dia? Yang bener aja making love? Yang ada juga making hate! Pernah bayangin tubuhnya aja, kagak! Kok bisa ngawur ngimpinya?" Gerutu Rean, mengacak-acak rambutnya dengan wajah bantalnya. Benar gila, mimpinya sudah sangat freak.
"Re?" Tok...tok...tok....
Tiba-tiba panggilan dan ketukan di pintu mengejutkan Rean. Itu suara kembarannya, pasti tengah mengkhawatirkannya karena berteriak tadi.
Rean turun dari tempat tidur berjalan malas-malasan membukakan pintu untuk kembarannya. "Iya. Kenapa?" Tanya Rean, basa-basi.
Wajah damai Dean berkerut ketika melihat kembarannya yang cukup berantakan itu. "Lo kenapa? Teriak teriak tengah malem gini?" Tanyanya balik.
"Oh, gue mimpi buruk tadi."
"Segitunya?"
Rean mengangguk, menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu. "Gue ceritain, mau dengerin enggak lo?"
Dean mengernyit, biasanya sih emang Rean suka menceritakan kejadian buruk padanya. Namun hal macam itu sudah tidak lagi dilakukan keduanya setelah akhir tahun kemarin. Tapi, tidak ada salahnya jika Dean kembali menjadi pendengar setia kembarannya itu.
"Oke."
"Yo, masok-masok!" Rean mempersilahkan Dean masuk ke kamarnya. Lalu ia menutup pintu, mungkin menceritakan segala permasalahan yang di pendam selama ini pada kembarannya itu bisa meringankan beban di pikiran dan harinya.
"Tidur sini aja ya, De?"
Dean kembali menampilkan raut bingungnya, namun ia bisa langsung memberi keputusan. "Hm...Boleh."
"Harus. Daripada kita jauhan mulu. Kita itu kembar De, rasa apapun yang kita rasain itu bisa terbagi jadi dua. Dan sebaiknya kita akrab lagi kek sebelumnya. Mentang-mentang lo udah ada si troublemaker, jadi jauhin gue yang dulunya selalu lo tempelin."
"Ya. Terserah, deh! Lagian bukannya elo yang nempelin gue?" Balas Dean, kemudian lanjut berbicara. "Jadi, lo mau cerita apa ke gue? Soal mimpi buruk, apa yang lainnya?"
Rean terkekeh, Dean memang tidak suka mengulur waktu terlalu lama. "Masalah gue banyak. Semua pengen gue aduin ke elo. Walaupun gue cowok, gue juga butuh curhat, nasehat, dan dukungan."
"He'em, terus?"
"Gini. Gua kan enggak jadi sama Melody. Semenjak ketidak jadiannya gue sama dia, ada cewek yang akhir-akhir ini jadi gangguan di hidup gue. Sekarang gue ngerasa harus terus berurusan sama tuh cewek. Buktinya walau dia jauh disana dia tetap hadir di mimpi gue. Mimpi buruk tepatnya." Rean memutar malas kedua bola matanya saat mengatakan mimpi buruk nya.
"Siapa?"
"Rahasia." Dengan tengilnya Rean sok main rahasia.
"Charlotte, kan?"
Rean tersendat, matanya melebar menatap kembarannya yang dengan santai menebak dengan benar. "Lo tau?"
"Ya, enggak. Tapi lo kan terakhir ada masalah sama Charlotte. Dan denger dari Kei, lo sempet mabuk karena Charlotte di pesta saat itu."
"Yaudah deh, iya. Gue akhir-akhir ini kebayang sama dia mulu. Tapi gue nggak pernah bayangin bodynya. Terus kenapa gue bisa mimpi making love sama dia."
"Making love? Having sex?" Kurang paham Dean.
Rean mengangguk, ia menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur dengan menjadikan lengannya bantalan. "Takutnya gue jadi kayak Papa. Ngehamilin anak orang sebelum nikah." Ucapnya, lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Teen Fiction[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"