Jam setengah delapan pas. Rean memberhentikan mobilnya di depan gedung tinggi perusahaan sang Papa. Ia melangkah keluar dari mobil dengan tampang yang cukup tengil. Matanya tidak bisa fokus pada satu body saja, sukanya menjelajahi seluruh body karyawati muda yang lewat di sekitarnya.
Rean berjalan masuk kedalam gedung tersebut, ia tidak tersenyum namun memberikan kedipan genitnya pada beberapa karyawati yang ia segani. hampir semua yang mendapat perlakuan gila Rean benar-benar terbawa suasana sampai tersipu-sipu. Rean selalu senang dengan perempuan-perempuan yang hanyut dalam pesonanya.
"Rean?"
Rean menatap pada pria tinggi hampir sepadan dengan papanya yang kini baru keluar lift. Pria yang dulu pernah menjadi Daddy-daddyan little twins. Yang waktu itu hanya bertahan beberapa hari karena pria itu harus kembali ke Boston.
"Astaga, Om Arka bikin Re panggling! Apa kabar Om?"
Arka tersenyum menggapai bahu putra mantan kekasihnya dulu itu. "Om baik, Re. Ini beneran Rean apa Dean ya? Om agak ragu tadi nyapanya."
"Real Alrean Serrano kok, Om! Om abis ketemu Papa ya?"
"Iya. Sekedar menawarkan kerjasama."
Rean mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menatap sekeliling Arka. "Nggak sama sekretarisnya? Biasanya para bos kemana-mana bawa sekretaris yang sexy sexy itu. Kecuali Papa, sih!"
"Hahaha.... Kamu bisa aja, Re. Sekretaris Om lagi sakit jadi Om sendiri aja kesininya."
"Tante Kaia di Indonesia kan?"
"Ya, Son. Jangan coba-coba merindukan istri Om!"
Sesaat kemudian tawa mereka menggelegar. "Enggak kok, Om. Yaudah kalau gitu Re mau ke ruangan Papa. Om mau ikut?"
"Nggak. Ini aja baru selesai dari sana."
Rean manggut-manggut, kemudian mengangkat alisnya. "Oke. Kalau gitu, hati-hati Om." Mereka pun berpisah arah.
Rean melangkah santai masuk dalam lift yang akan mengantarkannya sampai lantai ruangan sang Papa. Tatapan Rean menjadi datar saat tubuh laki-laki itu mulai keluar dari lift. Rean tidak suka pandangan sekretaris Papanya yang centil.
Ini nih yang bikin Mama gue darah tinggi! Sekretaris Papa emang chili banget!
"Selamat pagi, Mas Rean." Sapa wanita molek itu.
Rean mendengus, jadi malas ingin berbicara. "Pagi. Papa ada di dalam?"
"Ada. Silahkan masuk, Mas Rean sudah di tunggu Bapak dari tadi."
Rean tanpa basa-basi, langsung melenggang pada pintu ruangan Papanya. Sedangkan Leo yang mendengar pintu terbuka dan tertutup dengan kasar itu hanya mampu menghela nafas. Ia sudah tidak heran dengan kelakuan putranya yang satu itu.
"Hei, Son! Tidak sopan banget! Untung Papa mu ini orangnya friendly."
Rean berdeham saja sembari berjalan dan jatuh telentang di sofa. "Pa, sebenarnya ada apa? Ngapain Re di suruh dateng ke sini? Bagi-bagi warisan?"
"Mau ngasih tau sesuatu. Katanya pengen jadi pengusaha? Ini Papa kasih ke kamu." Leo menyerahkan sebuah invitation card pada putranya.
"Sertifikat? Udah bagi-bagi harta gono-gini ya?"
Leo mendecak emosi, ia ikut duduk di sofa seberang putranya. Tidak habis pikir dengan otak Rean yang isinya poin-poin kematreannya. "Masih pada kecil. Papa aja masih belia, masa mau bagi-bagi warisan sekarang. Udah itu buka dulu, kamu harus gantiin Papa. Soalnya malam nanti Papa ada blind date sama Mama."

KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Teen Fiction[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"