Rean memutar-mutar kunci motornya di telunjuknya yang panjang. Kakinya melangkah cepat menuruni undakan tangga. Hingga ia mendapat teguran dari beberapa orang yang duduk di ruang tamu.
"Woeyyy, mau kemana Dek?" Seru Lea. Gadis itu belum juga pulang seusai jam makan malam.
"Gue bukan adek lo, Lele!"
"Ntar kan jadi, Re." Timpal Devan yang seperti sangat betah di kediaman keluarga Serrano.
"Eh, dinner nya udah selesai! Bubar sana, balik rumah masing-masing!"
"REAN, YANG SOPAN!" Teriakan sang Mama yang entah di mana orangnya.
"Rasain, lo!" Ejek Lea.
"De, mending cewek lo cepet di pulangin aja. Bikin mood buruk, nih!" Pinta Rean pada sang kembaran yang hanya duduk memainkan rambut sang kekasih.
"Lo itu ngiri kan sama Abang? Makannya jangan suka mainin cewek. kena karma kan lo?! Lihat sekarang, lo jadi kelamaan ngejomblo kan? Mau rekrut satu cewek buat jadi temen kencan aja nggak dapet dapet." Seloroh Keira tanpa peduli tatapan Rean yang melotot.
"Hmmm, percaya deh!" Balas Rean sembari mencomot satu kue kering buatan Mamanya yang di suguhkan di atas meja. "Kalian yang pasangan jangan macem-macem di rumah gue. Buat Devan, mending balik aja. Atau mau ikut gue berkelana di jalan?"
"Ogah! Gue mending kerumah pacar gue, lah!"
"Hahaha... Lo nggak ada pasangan sendiri ya, Dek? Mau Kakak cariin? Temen-temen gue yang di sekolah lama cantik-cantik, loh!" Ucap Lea.
Rean mendengus, namun ia benar-benar tertarik akan tawaran yang di berikan gadis itu. "Oh ya, beneran? Cantik, sexy nggak? Kirim aja kontaknya ke gue. Biar gue gerak sendiri."
"Bener-bener! Katanya mau merjuangin Mellody? Mana buktinya, Son?" Sahut suara berat sang Papa yang datang dari ruang kerja.
"Eh, Papa. Re beneran niat sebenarnya. Tapi dia minta Re berhenti, jadi apa Re harus ngotot buat egois? Dia juga mau ngenalin seseorang ke aku, Pa. Menurut Papa, siapa orang itu sampai-sampai dia berpesan agar perteman Re sama dia baik-baik aja setelah pertemuan itu terjadi? Aku rasa percuma buat serius, karena berkali-kali Re serius balasannya berbanding terbalik!"
Semua yang mendengar dan melihat ekspresi Rean sekarang merasa iba. Mereka tahu Rean suka bermain perempuan, itu semua karena dirinya dulu selalu di tinggalkan oleh pacar-pacarnya yang ia seriusi. Dan kejadian itu ternyata terulang lagi.
"Semua emang nggak bisa berjalan semulus yang kita inginkan, Re. Kita hanya perlu mencoba, dan menerima. Jika hasil usaha lo belum selaras dengan keinginan lo, itu belum takdir namanya. Kayak gue sendiri nih, gue emang sekarang dapetin apa yang gue inginkan sesuai keinginan. Gue dapetin Noura sebagai cewek gue sekarang, tapi gue nggak tahu untuk nantinya. Apa gue masih bisa bareng dia, atau gue bakal kepisah seperti sama mantan-mantan gue sebelumnya. Kalaupun itu terjadi, gue harus ikhlas menerima." Ujar Devan.
"Hm, gue harap gue bisa." Balas Rean. "Gue pergi duluan, guys! Pa, Rean keluar palingan pulang malam, atau malah nggak pulang."
"Jangan balapan, jangan mabuk-mabukan, jangan buat onar pokoknya. Tidur di rumah lama juga gak pa-pa, kamu hati-hati." Leo dengan baik menurunkan keinginannya untuk ribut dengan sang anak. Mengingat anaknya sedang patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Teen Fiction[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"