"Malam semua?!" Seru semangat Rean dengan senyum lebarnya.
Di dalam ruang rawat Jenny, ada beberapa anggota keluarganya. Shea dan Leo tengah duduk di samping brankar Jenny. Samuel bercengkrama ria di sofa bersama Miko dan Andin. Serta seorang bocah ingusan yang berleha-leha di sofa single sembari memainkan gadgetnya.
"Wah ada anak Om somp---"
"Rean, jangan mulai!" Tegur Shea. "Sini sama Oma." Lanjutnya, bediri dari kursi yang sekarang di serahkan pada putranya.
Rean duduk di kursi yang di kosongkan Mamanya. Is bersebelahan dengan Papanya, sementara sang Mama telah pindah bergabung dengan mereka yang duduk di sofa.
Rean tersenyum menyambut tatapan omanya. "Oma apa kabar? Udah mendingan apa belum? Maaf ya, Rean datang telat. Tadi masih ada urusan."
"Kencan!" Tambah gadis yang masih setia bermain gadget.
"Sirik aja lo!"
"Udah jangan bertengkar. Oma nggak cukup baik, tapi udah boleh pulang besok." Jenny menjawab pertanyaan sang cucu.
"Wah... Alhamdulillah, berarti Oma udah hampir sehat. Semoga Oma cepet sehat total kayak sedia kala. Biar Opa semangat lagi." Rean terkikik, di liriknya Samuel yang tengah menatap tajam dirinya.
"Supaya Oma bisa lihat Rean nikah, nanti." Tambah Rean dengan suara berbisik yang hanya di dengar Jenny.
"Kamu---"
"Iya nanti, setelah Rean punya kerjaan mapan." Sambar Rean, tidak ingin Jenny berteriak dan membuat semua orang menghakiminya.
"Kamu serius?" Jenny memelankan suara, cukup paham dengan intruksi sang cucu.
Rean mengangguk, kemudian mendekatakan bibirnya di samping telinga Jenny. "Sama anaknya Mr. and Mrs. Colton. Itu loh Oma, pengusaha sukses Asia Eropa."
Jenny mendelik, ia tahu siapa yang di maksud cucunya. Namun, ia tidak yakin untuk percaya. Rean Suka bercanda, dan mana mungkin bisa mendapatkan anak sultan. Ya walaupun tampangnya mendukung, tapi kelakuannya minus.
"Percaya nggak percaya, emang gitu, Oma." Seperti tahu pemikiran Jenny, Rean langsung memberikan jawaban.
"Papa Mama mu, tau?"
"Tau. Tapi belum sejauh Oma."
"Apa kalian membicarakan ku dan istri ku?" Sambar Leo dengan menatap curiga pada ibu dan anaknya.
"Ah, enggak. Kita lagi bahas kuliah aku Pa."
"Dimana?"
"Dalam negeri atau luar negeri. Aku pengen nggak jauh dari Chacha."
"Emang Chacha siapa?" Jenny penasaran.
"Pacar ku lah, Oma."
"Yang kamu bilang itu?" Rean mengangguk.
"Charlotte kan ngurus perusahan Daddy nya di sini, Son?" Leo berbicara.
"Emang."
"Jangan terlalu berharap dengan Charlotte." Ucapan dari Shea yang langsung mengundang tatapan dari mereka semua. Terutama Rean yang tidak percaya dengan perkataan Mamanya.
"Loh, Ma? Aku sama Charlotte udah lebih dari sekedar kenal, bahkan aku udah hampir pacaran sama dia. Bukannya Mama suka sama Charlotte? Kenapa sekarang Mama ngomong gitu?"
"Kamu cukup berteman sama dia aja. Bukannya Mama nggak suka, Mama hanya nggak mau kamu terlalu berharap seperti itu." Mama nggak mau kamu mainin perasaan gadis lagi. Karena Mama nggak mau kamu di anggap buruk banyak orang terutama keluarga Colton. Lanjutnya dalam hati, ia tidak ingin melukai putranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Teen Fiction[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"