"Beneran nih, kita jadi nonton?" Celetuk Rean sembari terus menjalankan mobilnya kesalah satu mall ternama di kota tempat tinggalnya.
Zella yang duduk di sebelahnya jengah sendiri mendengar pertanyaan yang di ulang-ulang oleh Rean. "Kamu nanya terus! Aku capek jawabnya! Aku udah jawab tadi, dan kamu masih nanya lagi?!"
"Cuma mastiin, siapa tau batal!" Jawab Rean tak kalah ketus.
"Kamu kok ngomongnya nggak enak banget. Nggak biasanya kamu ketus sama aku!" Tegur Zella dengan menatap sinis wajah sang pacar.
"Loh! Aku kan cuma balas ucapan kamu aja. Masalah ya?"
Zella menggeram kesal, ia memalingkan wajahnya ke kaca depan. "Nggak usah ngomong. Aku males."
Rean menaikkan satu alisnya dengan terseyum miring. "Oke." Putusan tanpa keraguan, karena ini sudah memasuki rencananya.
"Btw, besok nggak usah sama aku lagi ya. Soalnya mulai besok aku udah nggak bisa nurutin mau kamu lagi." Celetuk Rean saat mobilnya memasuki kawasan mall.
Zella terlihat terkejut dengan ucap Rean, cewek itu bahkan tidak bergerak untuk melepaskan seatbelt yang di kenakan. Ia hanya fokus menatap wajah Rean dari samping dengan berbagai macam pertanyaan di benaknya. Ia memang sudah tahu sifat Rean yang suka bermain perempuan, tapi ia tidak menyangka jika dirinya juga akan menjadi korban selanjutnya cowok itu.
"Re, maksudnya bukan mutusin hubungan kita kan?" Tanya Zella baik-baik.
"Menurut lo? Ngapai masih di pertahanin, kalau gue-nya udah nggak mau ngurusin soal lo? Yang lo pikirin itu bener, kita putus." Jelas Rean dengan entengnya.
Zella mengepalkan tangannya, ia tidak suka dengan drama seperti sekarang. "Nggak. Gue nggak setujuin keputusan yang lo buat. Sampai kapanpun status kita masih taken. Lo nggak bisa seenaknya mutus hubungan sama gue. Karena gue nggak dengan mudah bisa lo patahin kayak mantan-mantan lo sebelumnya. Nggak bisa, REAN!"
Rean tercekat mendengar suara iblis milik Zella. Sepertinya keputusannya kali ini akan benar-benar sangat memberatkan kesehariannya nanti. "Kita tetap putus. Gue gak peduli apapun yang lo buat. Kita tetep PUTUS!" Kekeuhnya.
"Lihat aja kejutan dari ku, sayang! Kamu akan bersenang-senang." Bisik Zella, sembari tersenyum miring. "Lo bisa pulang sekarang, gue nggak lagi ngajak lo nonton. Kita tunggu waktu yang tepat. Kita akan bersatu lagi!" Lanjutnya, lalu keluar dari mobil Rean.
Rean mengeratkan rahangnya, ia memukul stir mobilnya dengan kuat. Biasanya dia akan meninggalkan gadis yang ia putuskan dengan tangis yang melengking. Namun kali ini tidak, cewek yang baru ia putuskan adalah iblis yang licik. Rean salah mengikat dia dalam targetnya.
"Arghhhh... Bangsat! Gue bakal terima kejutan dari lo!" Geramnya, emosi.
• • •
"Xel?" Panggil Mellody pada sang kakak sepupu.
"Kenapa? Udah malem bukannya tidur malah kelayapan." Celtuk Axel sembari menepuk sisi tempat tidurnya.
Mellody berjalan gontai menuju tempat tidur Axel. Ia menjatuhkan tubuhnya di sana, meringkuk seperti kediginan di sisi laki-laki tersebut. Axel sendiri bingung melihat tingkah adikn sepupunya itu.
"Kenapa sih lo?"
"Gue nggak bisa tidur, padahal ini mata mau merem terus."
Axel mengeryit ia tidak paham. "Maksudnya gimana. Ya kalau mau merem, merem aja. Kenapa malah sok-sokan nggak bisa tidur padahal jelas mata lo udah mau merem."

KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Jugendliteratur[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"