38 • What's wrong?

431 21 2
                                    

Charlotte tidak bisa fokus pada film action kesukaannya yang tayang di TV lebar kamar hotelnya. Padahal biasanya ia akan menikmatinya dengan penuh perasaan. Namun malam ini berbeda, otaknya seperti tengah terganggu, ia gelisah akan sesuatu. Tapi, tidak tahu dengan hal apa itu.

"Kenapa sih, Carl?! Kalau capek tidur aja, nggak usah nonton TV segala. Besok kita ada janji dengan Mr. Archer untuk check pembangunan resort." Marcell seperti sangat geram dengan tingkah Charlotte yang duduk gelisah dengan suara grasak grusuk yang begitu keras.

"Aku balik kamar dulu." Marcell mengangkat bokongnya, berjalan sembari menenteng laptop keluarga dari kamar Charlotte. Kamar mereka bersebelahan, jadi Charlotte tidak perlu khawatir jika ingin meminta bantuan pada laki-laki tersebut.

"Jangan lupa kunci pintu, Carl!"

"He'em"

Charlotte beranjak untuk mengunci pintu, setelah itu ia kembali ke sofa tempatnya menonton.

"Ini juga. Kemana Rean, kenapa nggak ada kabar dari terakhir telepon pagi tadi? Kelihatannya memang ada masalah." Gumamnya, memutar ponsel yang bsru saja ia gunakan untuk memberi pesan pada Rean yang hilang kabar.

"Mungkin emang lagi nggak pengen di ganggu." Putus Charlotte, menenangkan diri agar tidak terlalu berfikir negative.

Charlotte mematikan TV, beranjak ke kasur besar yang menyambut lembut tubuh lelahnya. Di tatapnya jam digital yang menunjukan pukul sembilan malam untuk negara tersebut. Sementara di Indonesia pasti telah menjelang pagi hari.

"Good night, Cha!" Charlotte mengucapkan selamat malam untuk dirinya sendiri, karena biasanya yang melakukan itu di setiap malam adalah Rean.

Charlotte menarik selimut tebal hingga dadanya, kemudian memejamkan mata dan masuk alam mimpi. Biarlah otaknya rileks sebelum pertemuan dengan pemilik Ach Company yang terlalu menguras kesabarannya. Archer terlihat sangat tertarik pada Charlotte, Marcell pun menyadarinya. Tapi Charlotte tidak akan mau menanggapi pria yang hampir seumuran Mommy nya itu. Walau wajah tidak meragukan, tapi Charlotte tidak pernah ingin memiliki hubungan dengan pria yang bisa ia anggap uncle. Anggap saja pria itu pedophile, karena tertarik dengan gadis belia seperti Charlotte.

• • •

Jakarta, Indonesia | 03 : 17 am.

Ruangan temaram yang berpenghuni sepasang manusia itu begitu damai suasananya. Hanya keadaan ruangan yang tidak baik di pandang mata. Hingga kesadaran dari salah satu manusia tersebut membuat pergerakan kecil di ranjang super awut-awutan itu.

"Eghhh..." Rean menekan pelipisnya yang tiba-tiba di serang rasa pening, efek alkohol yang terlalu banyak ia telan semalam mungkin.

Rean membuka mata dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Pergerakan memijit pelipisnya tertahan saat ekor matanya mendapat objek tidak biasa di samping tubuhnya. Sosok wanita berbahu polos yang bagian dada sampai unjung kaki tertutup selimut. Seketika otak Rean berputar mencari apapun yang bersangkutan dengan malam buruknya, hingga tiba-tiba seorang wanita menemani tidurnya dengan kondisi tak wajar itu.

Shit! Pasti gue mabuk berat semalam. Gimana ini?!

Rean menyibak selimutnya secepat mungkin, is benar-benar terkejut dengan kondisi tubuhnya yang naked dan jejak kiss mark menghiasi dadanya. Cepat-cepat ia memungut pakaiannya yang berserakan dengan pakaian wanita itu. Ia segera mengenakannya, kemudian merapikan rambutnya.

"Hp gue?" Rean celingukan mencari benda keramatnya, lalu ia menemukan benda itu tergeletak di lantai bawah tempat tidur. Segera saja ia mengambilnya dan beranjak meninggalkan kamar sialannya itu. Bahkan ia tidak ingin menatap kembali sosok yang masih terlelap di ranjang itu. Ia tidak ingin menjadi gila dengan masalah yang semakin membuatnya kalang kabut. Tapi, Rean berharap tidak ada hal yang lebih kejam dari yang baru ia lewati.

BABE [Beyond The Limit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang