Charlotte menguap sembari mendudukkan dirinya di kasur. Awalnya masih merasa bingung, namun setelah menyesuaikan diri dengan tempatnya ia mengerti jika itu kamar di villa pribadi keluarganya.
"Katanya dibangunin kalau udah nyampe." Gerutunya.
Charlotte beranjak turun dari tempat tidur, ia berjalan agak sempoyongan ke arah kamar mandi. Karena dari siang ia belum mandi dan ini sudah masuk waktu sore hampir malam. Pasti di bawah para pekerja di villa-nya tengah mempersiapkan makan malam. Lalu dimanakah cowok yang tadi ngeyel ikut dengannya?
"Ntar aja deh!" Gumam Charlotte, ia berinisiatif mencari Rean, namun sepertinya mengurus dirinya sendiri lebih penting daripada mencari cowok aneh yang makin ke sini makin aneh dengan segala perubahan dadakan yang malah mencurigakan di matanya.
Laki-laki, semua sama aja.
Charlotte mengedikan bahu singkat, ia pun memulai rutinitas sehari-hari nya. Kali ini tidak harus berlama-lama, karena perutnya sudah keroncong minta diisi. Dan ia yakin makan malam akan berlangsung setengah jam lagi.
Beberapa menit kemudian Charlotte telah selesai. Tidak perlu berendam air hangat dulu, ia memilih mandi ekstra cepat. Lalu segera berpakaian dengan beberapa baju yang sudah siap di dalam lemari besar kamar villanya itu. Terakhir berkunjung ke villa tersebut adalah dua tahun lalu, saat dirinya masih berkuliah. Saat itu ia ikut Daddy-nya pergi keindonesiaan untuk mengecek cabang perusahaan yang mengalami sedikit penurunan keuangan.
Cklek!
"Cha? Udah bangun ternyata." Rean nyelonong masuk saat mendapati Charlotte yang sedang menyisir rambut di depan meja rias.
Charlotte terkejut, tidak tahu jika Rean akan dengan beraninya masuk kedalam tanpa permisi dulu. Benar-benar tidak punya sopan santun, pikirnya. "Bisa nggak ketuk pintu dulu?"
Bukannya minta maaf, Rean malah tertawa. "Nggak perlu kan nggak pa-pa. Lagian sama pacar sendiri, nih!"
"Jangan mengharapkan yang nggak bisa di gapai!" Seru Charlotte, menyelesaikan kegiatannya dan segera beranjak keluar mendahului Rean yang dengan tengilnya terkekeh di belakang.
"Gue belum usaha dan udah dapet kartu gugur duluan." Rean terkekeh, kekehan miris sebenarnya.
Mereka berdua sampai di lantai dasar dengan Charlotte yang lebih dulu sampai. Rean masih menuruni anak tangga. Wajahnya tidak sekumel sebelumnya namun wajahnya terlihat tidak bersemangat.
"Silahkan! Makan malam telah siap. Sesuai permintaan Nak Rean." Ucap si kepala pelayan yang sudah lebih akrab dengan Rean.
"Ayo." Rean mendahului Charlotte duduk di kursi meja makan. Ia lebih dingin dan acuh. Charlotte sempat bingung, pasalnya Rean suka berubah-ubah dengan waktu sesingkat itu.
This is my fav food? "Bibi, aku mau wine." Celetuk Charlotte pada wanita paruh baya yang mengatur segala perkejaan di villa tersebut.
"Ambilkan wine untuk Non Charlotte." Titah wanita itu pada pelayan lain.
Semenjak percakapan tentang wine, Rean terlihat begitu berpikir dan sangat ingin melakukan sesuatu. "Lebih sehat air mineral." Gumam Rean terdengar sampai telinga Charlotte.
"Up to me." Sahut Charlotte sembari memilih makan malam yang ingin ia suapkan ke dalam mulutnya. Bahkan dari sekian banyak makanan mahal yang di sajikan, Charlotte lebih segan dengan tumis kangkung yang ada dalam satu mangkuk besar penuh serta udang goreng tepung.
"Ini, Non." Satu botol wine di sajikan di meja Charlotte lengkap dengan gelasnya.
"Thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
BABE [Beyond The Limit]
Teen Fiction[ALREAN SERRANO] UPDATE SETIAP INGAT! 'Gue lebih suka lingerie daripada melody' "Nggak sembarangan kok. Gue cuman mau ngehemat duit, jadi gue bawain kalian ponakan aja. Byeeeee!!!"