XXIII.
StigmaTiba-tiba Seulgi merasakan suasana berubah drastis. Semulanya biasa saja tiba-tiba menjadi tidak mengenakkan dan terasa dingin. "Dan Taehyung adalah penyebabnya." Setelah mendengarnya Seulgi diam. "Kim Taehyung yang kau kenal itu." Dia Mencerna kembali apa yang Ayahnya katakan barusan.
Dapat dilihat dari ekor matanya bahwa Daniel sudah menundukkan kepalanya. Entah apa yang dilakukan oleh adiknya itu dengan gaya yang seperti itu.
Seulgi mencoba untuk mengingat kejadian itu. Dia berpikir, menimang apakah dirinya benar-benar ada di tempat kejadian ketika Ibunya mengalami kecelakaan. Seulgi berpikir keras, membayangkan seorang Kim Taehyung kecil yang menjadi tersangka atas kematian sang Ibu. Juga bagaimana kronologis kejadian sehingga Taehyung yang menjadi penyebabnya.
Deg.
Matanya melebar ke bukaan maksimal ketika secara tiba-tiba kronologis kecelakaan itu masuk dalam benaknya setelah memandang foto yang berada dalam kotak kaca itu. Foto Seulgi kecil yang berulang tahun dan ada seorang bocah yang berdiri tidak jauh darinya. Tidak mungkin bocah itu adalah Daniel karena dia ingat persis waktu itu Daniel kecil belum bisa berjalan.
"Aku benci kau, Taebom!" Tangan gadis kecil itu bergetar dan berlumuran darah. "KAU MEMBUNUH IBUKU!" Teriaknya lagi.
"KAU PEMBUNUH!"
"PERGI KAU!"
Matanya perlahan mengeluarkan airmata, membuat sungai kecil pada wajahnya. "A-Ayah.." katanya lirih memandang Ayahnya dengan tatapan kosong.
Bruk!
Seongwu dengan cepat menopang tubuh Seulgi saat gadis itu jatuh pingsan. "NOONA!" Seru Daniel saat setelah Seulgi tidak sadarkan diri. "Noona jaebal," kata Daniel lirih sambil mengangkup pipi Seulgi dan menepuknya. Berharap Seulgi bisa bangun dengan sendirinya tapi nyatanya tidak. "Kita harus membawa Seulgi ke rumah sakit." Kata Seongwu pada akhirnya dan bersiap untuk menggendong gadis itu.
"A-Ayah apakah semuanya akan baik-baik saja setelah Noona bagun?" Tanya Daniel pada Ayahnya saat mereka berjalan menuju mobil. "Kita berdoa agar semuanya baik-baik saja."
Terlalu sedih untuk diingat,
Terlalu malang untuk dikenang.***
Jungwoo berjalan tergesa-gesa menuju ruang UGD rumah sakit diikuti oleh Namjoon bersama Jungkook. "Buat apa kau datang kesini?" Tanya Taejun sinis. "Aku hanya ingin memastikan bahwa Seulgi baik-baik saja." Jawab Jungwoo dengan raut wajah cemas. "Pastkan Taehyung tidak mengetahui hal ini."
Jungwoo berbalik lalu mendapatkan Jungkook sedang menelpon seaeorang. "H-Hyung!" Seru Jungkook dengan matanya yang tidak terlepas dari Jungwoo. "Aku tidak akan menemanimu besok. Nanti Namjoon hyung yang akan menggantikanku, oke?" Mata Namjoon membulat mendengar namanya disebut Jungkook. "Hyungie~ ini hanya sementara. Aku akan kembali menemanimu saat urusanku selesai hmm?"
Jungkook menyimpan kembali ponselnya. "Aku tidak bilang apa-apa, paman. Kau mendengarnya kan?" Jungwoo mendekat kearah Jungkook dan Namjoon. "Kalian tahu akibatnya jika kalian mengkhianatiku." Jungkook berusaha menelan ludahnya dan mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twitterpated
Fanfiction[completed] Cerita tentang hubungan yang saling mengikat, hampir tanpa ada kata 'cinta' didalamnya. Kata bukan berarti rasa, tetapi makna dari sebuah kata yang memunculkan 'perasaan'. Berawal dari sebuah aplikasi chatting, nasib mereka menjadi beru...