28.

502 90 14
                                    






XXVIII.
L.O.V.E



"Kenapa?" Tanya Seokjin tanpa melihat lawan bicaranya. "Maksud oppa?" Gadis disampingnya tidak dapat menangkap pertanyaannya. "Kenapa harus singgah dulu? Kau ingin memasak di apartemen itu?" Seokjin berpura-pura untuk tidak tahu apa-apa walaupun sebenarnya dia tahu sekali apartemen yang akan dituju Seulgi adalah apartemen Taehyung. Dan jika meminta untuk singgah ke minimarket, itu berarti bahwa gadis itu mempunyai rencana akan memasak disana. "Iya, oppa." Jawaban singkat itu membuat Seokjin tersenyum simpul.





"Kebetulan kita akan lewat ditoko yang menjual bahan makanan segar. Kita singgah disana saja." Sahutnya lagi yang otomatis membuat Seulgi merasa tidak enak. "Eh? Tidak perlu repot-repot, oppa."




"Dengan menyuruhku mengantarmu di apartemen yang bukan tempat tinggalmu itu sudah cukup membuatku repot. Jadi sekalian saja." Frontal Seokjin membuat mulut Seulgi sukses menganga. Tapi tak lama kemudian pria itu tertawa lepas. Seulgi tidak tahu harus merespon apa. Dia merasa kesal tapi disaat bersamaan dia merasa tidak enak. "Seulgi-ah, kau tahu?"




"Tidak." Jawab Seulgi singkat. Seokjin berdecak mendengarnya. "Yah! Dengarkan aku dulu."




"Kan tadi oppa bertanya, jadi aku jawab lah." Balas Seulgi sewot. "Aish!" Umpat Seokin sedangkan Seulgi mengangkat bahu acuh tak acuh. "Kau tahu Seulgi? Ada dua hal yang tidak bisa dipaksakan didunia ini." Kata Seokjin bersamaan dengan sampainya mereka pada toko yang dimaksud. "Yang pertama adalah masalah hati dan yang kedua adalah takdir." tambahnya lagi setelah selesai memarkir mobil dan mematikan mesinnya. "Aku tidak tahu persis masalahmu dengan si Taehyung sampai kalian tidak lagi bersama akhir-akhir ini."





Seulgi menundukkan kepalanya. Dia tahu kali ini akan diceramahi oleh pria yang selama ini menjadi sosok kakak baginya. Seokjin, pria itu hampir tahu segala hal tentangnya. Ya, kata hampir lebih tepat karena masalah yang dialaminya sekarang tidak diketahui jelas oleh Seokjin. Sambil menundukkan kepala dia mendengar dengan saksama apa yang Seokjin katakan. "Takdir mempertemukan kalian. Lalu bagaimana dengan hatimu, Seulgi? Apa kau benar-benar ingin melepaskannya?" tanya pria itu dengan memberikan penekanan. "Pikirkan baik-baik  tujuanmu melakukan apa yang kau akan lakukan sekarang ini."






Seokjin menangkap jika Seulgi tidak menyimak dengan baik apa yang baru saja dikatakannya karena tidak ada respon sama sekali dari gadis itu. "Seulgi-ah." Panggil Seokjin karena sedari tadi gadis itu hanya diam.








"Ikuti kata hatimu, hmm?" ucap Seokjin lagi sembari mengacak rambut Seulgi. "Pergilah. Aku akan menunggumu di mobil."





Setelah melihat Seulgi sudah masuk kedalam toko Seokjin tersenyum. Tentang bagaimana dia bisa tahu apartemen Taehyung itu karena adiknya. Lalu kenapa Seokjin sekarang mendukung Seulgi dengan Taehyung?








Ini memang salahnya dari awal memperlakukan Seulgi, yang pada akhinya membuat seluruh perhatiannya disalah artikan oleh gadis itu. Bahkan apa yang dikatakannya serius akan dianggap candaan bagi Seulgi. Dia pada akhirnya mengambil prinsip yang tidak semua orang dapat menerimanya. Cinta tidak harus saling memiliki.





Dengan melihat Seulgi bahagia dengan pria yang dipilihnya, maka Seokjin juga bahagia. Karena dia telah menjadi bagian dalam menuntun Seulgi dalam menemukan pria yang dicintainya. Itulah hal yang membuatnya bersyukur. "Bahagialah bersamanya, Seulgi." Kata pria itu sambil menatap punggung Seulgi yang berjalan menuju toko.






***




Gadis itu membuka matanya perlahan. Dia merasa berada di tempat yang tidak pernah didatanginya. Seulgi sadar bahwa sebelumnya dia menangis hebat dan hal itulah membuatnya terlelap. Tapi tidak disini. Lebih tepatnya tidak dikamar seseorang yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Seulgi merasa tangannya digenggam oleh seseorang dan tangan itu terasa hangat.




TwitterpatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang