[25]

2.7K 304 3
                                    

Kini changbin dan felix sedang berada di toko buku daerah gangnam, ini semua adalah tujuan felix sebelum changbin datang kerumahnya.

Kondisi tubuhnya sudah mendingan meskipun masih terlihat kurus dan terkadang merasa lemas.

"Wah, komik detektif konan!"

Felix memekik senang ketika menelusuri rak buku bagian komik dan melihat beberapa komik kesukaannya tersusun rapih dengan urutan per-episode.

"Abis ini mau kemana, lix?"

Tanya changbin yang berada dibelakang hanya sekedar mengekori felix yang berlari kesana kemari.

"Aku mau makan, kakak kalo nggak mau pulang aja duluan."

Jawab felix tanpa mengalihkan pandangannya dari komik yang dia baca.

"Gue ikut, gabut kalo dirumah."

Felix hanya mengangguk ketika changbin memberikan alasan kenapa ia ingin ikut, namun setelahnya ketika ingin berjalan keluar dari rak komik seketika manik indah molik felix membulat sempurna.

Melihat seorang perempuan yang dia kenal sedang asik memagut mesra dengan seorang lelaki lain.

Changbin yang tertabrak punggung felix langsung melayangkan tatapan ingin protes ke pemuda manis dihadapannya.

"Ayo kita ke rak novel, kak!"

Felix menarik tangan changbin dengan terburu-buru, membuat changbin mengerutkan dahi nya.

"Em, ini bagus nggak kak?"

Si pemuda manis mengambil novel dengan asal dan memperlihatkannya kepada changbin yang masih bingung dengan keadaan.

"Sang biru yang menerima hujan?"

Tanya changbin membaca judulnya dengan dahi yang masih berkerut.

"Iya, bagus nggak?"

"Lo kenapa?"

Tanya changbin menatap manik felix dengan tajam.

"Kenapa apanya?"

"Lo nggak pernah suka novel, apalagi yang berbau romance."

Changbin berkacak pinggang dihadapan felix membuat si pemuda manis berfikir mencari alasan yang tepat.

"Akhir-akhir ini jisung rekomendasi novel terbagus di tahun ini, dan salah satunya ya novel ini."

"Ah itu bagus, mana komik lo yang tadi?"

Changbin terlalu pusing untuk menghadapi perubahan felix yang disebabkan karena apa, dia terlalu banyak menanggung beban.

Felix memberikan novel dan komik tadi ke tangan changbin, dan berjalan ke kasir untuk membayar barang felix tanpa diketahui si manis.

Setelah membayar, changbin segera menghampiri felix yang masih terdiam di rak novel memikirkan sesuatu.

"Ngelamun mulu, ayo makan gue laper nih."

Changbin menarik tangan mungil felix keluar dari toko buku menuju tempat makan yang ditunjuk oleh felix.












Kali ini changbin dan felix sama-sama kekenyangan karena porsi nya yang terlalu berlebihan.

pandangan felix menelusuri pahatan tiap sudut dari restoran yang dibilang cukup mewah.

"Lix, maafin gue waktu itu."

Changbin menggenggam kedua tangan felix yang ada diatas meja, matanya menelusuri manik felix yang terbilang cukup indah.

"Felix udah maafin kakak."

Pemuda manis itu mengelus tangan si pemuda yang mempunyai aura kegelapan tersendiri.

"Dan juga, aku.. lagi belajar melupakan kakak."

Lanjut felix mengeratkan genggamannya dan menunduk agar ia bisa mengigiti bibir bawahnya tanpa dinasihati changbin lagi.

"Lo itu— hah nancy?"

Bagaikan waktu berhenti berputar ketika changbin menyebut nama perempuan itu, felix diam seraya mengigiti bibirnya lebih kuat dan changbin terdiam karena kekasihnya yang sedang dirangkul teman nya sendiri.

Berdecih pelan,

Changbin merasa dipermainkan.

Perkataan hyunjin kemarin seolah berdengung menampar changbin untuk melihat kenyataan.

Senyuman miring yang terpatri diwajah changbin, membuat felix mengeratkan genggamannya untuk mengingatkan agar tidak tersulut emosi.

"Kak, ayo pulang?"

Kata felix dengan nada lembutnya, membuat changbin menoleh menatap felix yang sedang tersenyum sama seperti ibunya.

"Kita ke meja mereka dulu ya?"

Pertanyaan changbin membuat kedua bola mata felix membulat sempurna, belum sempat menjawab badannya sudah terhuyung dirangkul changbin menuju meja kekasihnya.

"Eiy, bro."

Sapa changbin menepuk bahu tegap milik temannya itu, mata nancy membola melihat changbin yang berada disini.

"Eiy changbin, lagi ngedate nih?"

"Ya seperti yang lo liat."

Changbin memberikan senyuman miring kepada nancy yang sedang terkejut mencerna kondisinya.

"Siapa nih? Cewek lo muel?"

"Wah iya nih, udah jalan dua minggu pacarannya."

pemuda bernama samuel tersenyum menampakkan giginya yang tersusun rapih.

"Mantep bro, yaudah gua balik dulu ya."

Changbin mengusak kepala felix dengan gemas seraya berpamitan dengan samuel.

"Hati-hati, atm lo habis nanti."

Bisik changbin kepada samuel yang terdengar sedikit oleh nancy.

"Yaudah gua pamit, bye bro!"

Changbin merangkul felix keluar dari restoran dengan santainya.

Setelah keluar dari restoran, senyum changbin perlahan berganti dengan senyuman miring.










"Makasih ya kak."

Felix memegang satu buah kantong kresek yang berisi dua buah bukunya, dan beranjak keluar dari mobil changbin.

"Mama ada di dalem, lix?"

"Mama lagi ada urusan di aussie, kenapa kak?"

"Mau mampir sih kalo ada mama lo, yaudah gua pulang ya."

Changbin tersenyum sekilas dan sedetiknya mobil hitam tersebut berlalu bersama pemiliknya.

Felix langsung masuk kedalam rumahnya yang dibilang cukup mewah, dan disambut oleh pak ujang sang satpam.

"mas felix, ini ada titipan dari mama."

Ujar pak ujang memberi sekotak yang di tutup dengan balutan kertas cokelat dan disertai nama bahkan alamat rumahnya.

"Makasih pak, saya masuk dulu."




Felix merebahkan dirinya di tempat tidur empuk miliknya, tangannya meraih novel yang ia beli.

Memandangi sampul nya saja sudah membuat felix malas membacanya, namun karena penasaran pada akhirnya dia membuka dan membaca isinya.

Bisakah kau melepaskan payung mu?

Tolong biarkanlah tubuhmu mengenai hujan sedikit saja..

Karena aku ingin kau menerimaku dengan tulus..

Hanya beberapa baris, felix langsung tertidur dengan buku novel yang masih tergenggam ditangannya.













TBC—!

Maafin saya ya, kadang suka nggak jelas alur nya:')

Musuh + (Minsung) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang