Selain akun ini, aku juga punya akun buat FF : AuroraGongju di sana ada FF Kyu Hyun sama BTS (Baru aku unpublished). Jangan lupa baca, like, dan komen, yaa. Terima kasih banyak yang sudah apresiasi cerita ini di bab-bab sebelumnya.
Terima kasih juga yang sudah beli novel-novelku; Unexpected Marriage book 1 dan 2, His Wife, Becoming Stepmother, dan As One. Yang mau beli Unexpected Marriage ada diskon gede-gedean. Hihi...
Yang di sini, selamat membaca cerita ini. 😊
_______________________________________
"Terus, apa yang bikin kamu sadar kalau cara kamu itu salah?"
Wajah Arvin memerah. "Eyang jewer kuping aku pas papi dan eyang dipanggil ke ruang kepala sekolah setelah aku nyaris bikin lab kimia kebakaran. Aku dimarahin habis-habisan sama eyang bahkan di jalan sampai rumah. Tapi, papi cuma diem. Sejak awal aku bikin ulah, papi nggak pernah marahin aku."
"Jadi, kamu sadar kalau kamu sebenernya cuma cari perhatian?"
Arvin mengangkat bahu. "Yang mau aku inget hanya itu. Adikku juga selalu ikut sama aku, rasanya berat lihat dia nangis tiap mau tidur. Jadi, aku selalu inget masa berat itu buat lupain papi. Dari saat itu sampai hari ini, aku nggak pernah minta apa pun sama papi."
"Terus yang biayain kuliah kalian?"
"Beasiswa, sama dulu belajar sekaligus main saham. Mami juga ninggalin bisnis tart kecil-kecilan, dititip ke tante dan adikku belajar kelola. Walaupun papi sering kirim uang, aku tegasin ke adikku buat nggak banyak pakai uang papi. Mamanya Gavin itu tipe penurut dan dia ikut mandiri, nanggung bebanku."
Rania menatap Arvin tidak percaya. Ternyata perjalanan hidup Arvin tidak semanis yang terlihat saat ini. Pria itu berkali-kali bahkan harus jatuh dan menanggung beban berat.
"Menurut kamu, apa aku masih layak mengharapkan papi datang dan kasih restu ke kita?"
Pertanyaan bodoh macam apa itu? Batin Rania bergejolak.
"Lebih nggak layak lagi kalau kamu nggak minta restu dari beliau. Aku ngerti sakit banget diperlakukan kayak gitu. Tapi maaf, kita nggak bisa hapus kodrat kita." Rania kemudian berjalan untuk mengambil minum. "Kasih orangtua itu sepanjang masa. Coba kamu pikirkan dulu baiknya gimana. Kontraknya juga udah jadi. Tinggal diprint dua kali, terus ditempel materai, kita tanda tangan."
Arvin mengangguk dan kembali sibuk dengan laptopnya. Rania diam-diam memperhatikan Arvin. Sikapnya memang terlihat seperti orang yang tegaan dan tidak memiliki simpati untuk orang lain, tapi bukan itu maksud Rania. Ia hanya ingin mendekatkan sepasang ayah dan anak yang terpisah jauh. Setidaknya, rencana pernikahan mereka yang tidak masuk akal itu akan membawa beberapa sisi positif. Walaupun bagi Rania, pernikahan mereka hanyalah sebatas kontrak di mana dirinya harus hamil dan memiliki anak seperti impiannya serta bentuk pertanggungjawaban Arvin atas insiden tak terduga beberapa waktu lalu. Setelahnya, cerai pun tak apa, pikir Rania.
"Yuk, makan siang." Arvin berjalan ke arah Rania dan meletakkan laptopnya di meja.
Mereka berjalan beriringan. Namun, langkah Rania berubah arah ketika melihat Gavin asyik menggapai-gapai mainan di sekitarnya. Bayi gembil itu kemudian menyadari kehadiran Rania dan tangannya berhenti menggapai. Bahkan, ia mengabaikan suara Indri, membuat tawa Rania pecah.
"Kalau tangan Tante nggak sakit, kamu udah Tante gendong." Rania menoel-noel pipi Gavin menggunakan satu tangannya. "Hey, anak gantengnya Tante."
Rupanya Arvin tak ingin mengabaikan semua itu, ia memberi kode pada Indri untuk sedikit mundur. Kemudian, Arvin mengabadikan momen itu menggunakan ponselnya. Hanya beberapa jepretan, tetapi ia sangat menyukai hasilnya. Di foto itu, sisi Rania yang terlihat adalah sisi ibu peri, bukan gadis pengacau yang membuat Arvin sakit kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak ✅
RomanceAdakah wanita di dunia ini yang terobsesi untuk merasakan hamil, melahirkan, dan merawat bayi seorang diri? Rania akan menjawab dengan sangat lantang, "Ada!" sambil menunjuk dirinya sendiri. Keanehan pola pikir gadis bernama lengkap Kirania Myesha U...