Bab 14

10.3K 831 119
                                    

Selamat membaca, terima kasih banyak untuk yang sudah like dan komen setelah membaca. Atau like sebelum membaca.

***

Rania gemas memperhatikan tangan kirinya yang berada di atas keyboard laptop. Ia yang kini sudah keluar dari rumah sakit, merasa harus memulai untuk menyicil banyak hal yang terbengkalai. Namun, angannya sia-sia.

"Kalau kayak gini terus, sehari juga nggak selesai-selesai! Serasa jadi ibu-ibu yang baru belajar pakai komputer."

Rania benar-benar frustrasi. Ia beranjak dan meraih ponsel. Gadis yang kini mengenakan daster tanpa lengan itu segera meletakkan ponsel ke atas ranjang. Ia duduk dan menatap ponsel setelah menghela napas panjang. Lalu, Rania mulai mengetik menggunakan telunjuk tangan kirinya.

Rania Myesha : "Dokter Arvin, aku benar-benar minta tolong. Aku nggak bisa melakukannya."

Rania menambah stiker di akhir pesan. Menulis pesan sesingkat itu pun Rania harus berusaha sangat keras. Tak berselang lama, kejengkelan bertambah. Arvin dirasa kurang responsive dengan hanya membaca pesan singkat itu.

"Mungkin dia sibuk," gumam Rania menenangkan diri yang kemudian merebahkan tubuh dan membiarkan laptop menyala. Kemudian, ponselnya tergeletak seperti terakhir kali ia gunakan.

Perlahan, kantuk menarik Rania ke alam mimpi. Ia tidur dengan posisi telentang yang benar-benar bukan andalannya.

Layar ponselnya menyala dan Rania kembali membuka mata. Ia seperti dibangunkan tiba-tiba dan tangan kirinya langsung meraba-raba untuk mengambil ponsel.

Kania Chaiya Chaiya : "Mbak, STNK motor di mana?"

Merasa malas mengetik balasan, Rania langsung mengirim pesan suara yang berbunyi, "Udah dibawa Mas Rama. Urusan motor dan lainnya sama Mas Rama, Dek." Setelah itu, Rania keluar dari ruang obrolan dengan sang adik. Matanya melebar. Ternyata Arvin telah mengirim balasan. Rania tersenyum, tetapi tak lama. Ia segera mengerjap. Apaan, sih? Cuma balesan Arvin ini.

Dokter Arvin : "Minta tolong apa?"

Rania Myesha : "Tolong ketikin kontraknya. Kita juga belum bahas isi kontraknya apa. Aku baru nyoba nulis yang mau aku ajuin."

Dokter Arvin : "Ok."

Rania terbengong. "Ok?" Matanya berkedip-kedip. "Gitu doang balesannya? Oh Tuhan... pria macam apa yang akan aku nikahi?"

Dokter Arvin : "Besok pagi kalau nggak ada acara, ke rumahku aja."

Mata Rania masih memandangi pesan baru dari Arvin yang dikirim tiga menit selepas pesan kontroversial yang membuat Rania mengeluh. Besok pagi? Rania membatin. Apa Mas Rama mau nganterin aku? Pasti nggak mau. Ah, udah. Penting dibales dulu. Pakai ojek online juga bisa.

Rania Myesha : "Alamatnya?"

Dokter Arvin : "Besok aku jemput. Kamu tolong share location rumah kamu."

Rania Myesha : "Sekarang?"

Dokter Arvin : "Bebas."

Tanpa menunggu lama, Rania mengirim peta lokasi rumahnya. Ia yakin, dokter langka itu tidak akan membalas pesannya. Dan akhirnya, ia memutusnya untuk kembali tidur. Namun, sang ibu yang masih jengkel dengannya, tiba-tiba membuka pintu dan membuat Rania membuka satu matanya. Hal itu tak luput dari pandangan sang ibunda dan membuat Rania dihadiahi pelototan.

Kontrak ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang