Bab 17

9.7K 823 78
                                    

Terima kasih banyak untuk yang sudah like, komen, dan rekomendasi cerita ini ke teman-temannya. Semoga kalian tetap betah nemenin Arvin sama Rania. Ayo ramaikan...

Oh iya, jangan lupa baca Bunga Desember (sebagian cerita diangkat dari kisah nyata) dan rencananya mau upload As One juga. Jangan lupa add library, yaa...

Yang di sini, selamat membaca cerita ini. 😊

_______________________________________

Terdengar helaan napas dari seberang panggilan dan Rania seketika berjaga-jaga menghadapi reaksi Arvin ketika dirinya dijemput oleh seorang laki-laki. Ya, walaupun Rania masih sadar, pernikahan mereka kelak hanya berlandaskan kontrak, bukan cinta. Ah, konyol sekali pemikiranmu, Rania. Bayanginnya kejauhan, kayak nikah pake cinta aja.

"Ran, aku nggak salah denger, kan?"

"Denger apa?"

Sammy sedikit menoleh. 

"Aku udah boleh ngomong belum?" Sammy mengulang pertanyaannya, tetapi malah mendapat cubitan di pinggang. "Au!" Dan ketika laki-laki yang kelebihan kromosom X itu memperhatikan spion, ia melihat Rania memelotot. Menyadari hal itu, Sammy segera melipat bibirnya.

"Kamu beneran bareng sama temen?"

"Iya. Jangan tanya dia laki-laki atau perempuan, aku nggak tau jawabannya," balas Rania sekenanya karena mau menutupi pun, sudah tidak bisa. Sammy terlalu banyak bicara dan Rania yakin Arvin juga mendengar suara Sammy dengan baik.

Respons Arvin di luar dugaan. Calon suaminya itu bukannya cemburu, malah tertawa terbahak. Rania jelas mendengar itu dan ia akhirnya merasa lega. Arvin memang aman-aman saja ternyata.

"Puas ketawanya?"

"Udah, jangan ngelawak pagi-pagi. Kasihan temen kamu. Jangan sampai bikin dia tersinggung."

Rania sekilas menatap Sammy, tepat saat lampu merah berubah hijau. "Nggak akan tersinggung, dia sendiri yang bilang. Ya udah, aku lagi di jalan, kasihan Sammy puasa ngomong kelamaan."

"Ya, udah. Minta Sammy hati-hati. Jangan sampai ketularan dia."

"Mana ada." Rania kemudian memutus panggilan dan kembali menyimpan ponselnya di tas.

Rupanya Rania lupa memberi izin pada Sammy untuk bicara dan pria feminin itu tetap mengunci bibirnya sampai kantor. Menyadari keheningan yang asing dan terasa ganjil, Rania menyikut Sammy. "Kok diam aja, Sam?"

"Udah boleh ngomong?" cerocos Sammy seolah ia baru saja menahan napas sangat lama.

"Lha, boleh. Kan aku udah nggak nelepon calon suamiku."

Sammy merapikan rambutnya sambil berjalan dan mengerling ke arah Rania. "Kamu nggak ngasih kode, kok." 

Saat menoleh, Sammy melihat Rania berpikir sejenak kemudian mengangguk. Ia kemudian tersenyum geli. "Sebenernya calon suami kamu kayak apa, sih? Sekali-sekali kenalin ke kita-kita, dong. Nama aja kita belum tau. Cuma tau mobilnya doang. Tega, deh."

"Entar aja di pernikahanku, kalian aku kenalin. Takutnya nanti kamu kesemsem sama dia terus kamu kejar-kejar. Aku yang susah. Bisa-bisa dia depresi."

Sammy mendorong Rania ke samping sambil memasang ekspresi jengkel. "Suka bener, deh. BTW, seganteng apa, sih, dia? Mirip oppa-oppa idol Korea? Mirip Kyu Hyun oppa atau Jin oppa? Putih? Mulus?"

Kontrak ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang