Dengan lunglai Rocky menyeret kakinya menuju kelas. Entah kenapa sedari tadi pikirannya ke mana-mana. Diajak bicara pun selalu tak paham. Dan yang lebih mengganggu lagi adalah dadanya yang terus bergemuruh dan hatinya merasa gelisah. Di dalam otaknya sekarang hanya satu. Vanilla.
"Aaaarrrrggghhh!" erang Rocky frustrasi. Pintu kelas yang tepat berada di hadapannya langsung ia tendang dengan lututnya.
DUUUGG
"Aaaww!"
"Lo sehat?" tanya salah satu kawan sekelasnya yang berada di belakangnya dengan tatapan heran.
Rocky hanya mendengus dan kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya.
Melipat tangannya di meja dan menenggelamkan wajahnya di sana. Mencoba untuk menenangkan hati dan pikirannya yang keruh. Dan juga berusaha keras agar pikiran kotornya bisa pergi. Namun, makin keras ia berusaha, justru bayangan tentang kejadian kemarin makin memenuhi otaknya.
Tak kuasa lagi, tasnya ia gapai dan segera melenggang meninggalkan kelas. Pulang. Itulah solusi terbaik yang bisa ia ambil untuk sekarang ini. Ah, sebelum ia bolos ia harus pamit dengan wali kelasnya dulu. Jangan salah, biarpun Rocky terlihat seperti siswa nakal, tapi sebenarnya ia tak senakal itu. Selalu jika ia niat ingin membolos ia pamit dengan wali kelasnya lebih dulu. Tak perlu takut tak diizinkan, karena ia yakin wali kelasnya akan memberinya izin. Wali kelasnya itu kan mengidolakan ia juga, sama seperti siswa lain. Tak perlu susah payah untuk mencari alasan agar diberi izin. Cukup katakan "saya kurang enak badan" sudah pasti wali kelasnya itu mengizinkannya pulang. Bahkan pernah sekali ia berkata seperti itu, wali kelasnya panik dan langsung memberinya buah dan vitamin. Berlebihan memang.
Setelah urusannya mengenai izin sudah selesai, langsung ia menuju parkiran dan melajukan Ninja merahnya meninggalkan sekolah.
***
Rocky menghentikan Ninjanya dan melepas helm-nya, lalu turun dan langsung menuju pintu. Disentuhnya daun pintu itu dan—tunggu dulu! Kenapa daun pintu ini terlihat lain? Segera ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru dan betapa paniknya ia, karena sekarang ini bukan di rumahnya sendirilah ia berada. Melainkan rumah bercat krem yang posisinya tepat bersebelahan dengan rumahnya.
"Gila! Ini kan rumahnya si tetangga. Bodoh banget gue, kenapa bisa nggak sadar sampai sini? Aaaarrrgghhh! Ini gara-gara si tetangga yang bikin gue nggak fokus!"
Rocky mengacak-acak rambutnya lagi, yang memang sedari tadi sudah berantakan. Meredam emosinya yang sempat hampir tersulut karena kebodohan yang ia lakukan. Bimbang, menimang-nimang apa yang harus dilakukannya sekarang. Kalau kalian bisa melihat, sekarang sudah ada malaikat dan iblis di sisi kanan dan kirinya yang sedang berusaha memengaruhinya. Perang batin dimulai. Antara malu dan malas. Malu untuk menemui gadis itu karena kejadian kemarin, dan malas untuk pulang ke rumahnya.
Namun, akhirnya perang ini dimenangkan oleh iblis. Ia terlalu malas untuk pulang ke rumahnya. Apalagi karena bekas pukulan Sanha di pipi kanannya yang masih terasa ngilu dan sedikit membuatnya migrain. Dengan tatapan dingin dan malas, ia pun mengetuk pintu kayu itu.
CKLEEKK
"Kenapa kamu bisa ada di sini?"
Bagus sekali! Kedatangannya disambut dengan pertanyaan dan ekspresi kaget dari gadis itu. Membuatnya makin malu hanya untuk sekadar menatap wajahnya. Tapi perlu diingat sekali lagi. Rocky adalah manusia dengan tingkat gengsi paling tinggi di muka bumi ini. Dengan gaya cool-nya, ia pun bertanya, "Lo nggak mau mempersilakan gue masuk gitu?"
Myunghee mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha untuk memahami situasi sekarang. Dan dengan ragu akhirnya ia pun berkata, "O-oh ... iya, masuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN || ROCKY ✔
Fanfiction** "Eh, ini aku dulu yang lihat." "Tapi gue dulu yang ambil." "Tapi aku yang buka kulkasnya." "Kalau gitu makasih." ** "Kenalin. Dia pacar gue. Namanya ..." Pemuda itu menjeda kalimatnya dan memandang mata Myunghee cukup lama. Lalu pandangannya turu...