Deg deg ... Deg deg ... Deg deg ....
Padahal jelas-jelas Rocky menyuruh Myunghee untuk diam. Namun, sepertinya jantung Myunghee terlalu degil. Lihat saja sendiri bagaimana kerja jantungnya yang terlalu aktif dan tidak mau diam. Tapi jangan sepenuhnya salahkan Myunghee karena ini salah Rocky juga. Siapa suruh pemuda itu merapatkan tubuh mereka di tempat yang sempit seperti ini? Bahkan kalau pun Myunghee mengalihkan pandangannya, hanya dada bidang Rocky yang mampu dilihatnya. Sedekat itu memang.
Berulang kali Myunghee menggigit bibirnya agar ia tak mengeluarkan suara helaan napas yang kuat karena gugup. Bahkan beberapa kali ia menahan napasnya sendiri supaya detak jantungnya tak terlalu terdengar. Biarpun usahanya itu sia-sia saja karena siapa pun kalau berada di posisi Myunghee juga akan merasakan hal yang sama.
Rocky mengintip dari celah-celah tumpukan kursi. Tadi ia sempat mendengar derap langkah seseorang menuju gudang. Dan benar saja, seseorang membuka pintu gudang dan langsung duduk di salah satu meja reyot dekat pintu. Jongho, dialah orangnya. Jongho mengeluarkan sebungkus rokok yang ia sembunyikan di balik ikat pinggangnya. Meletakkan sebatang rokok di mulut dan langsung menyulutnya.
Cih! Baru aja di-skors karena ketahuan merokok. Sekarang masih aja merokok.
Myunghee menepuk dada Rocky pelan dan bertanya tanpa suara, "Siapa yang datang?"
Rocky merundukkan kepalanya, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Myunghee. "Teman sekelas gue."
"Ngapain?" tanya Myunghee lagi. Rocky menjawab dengan gerakan tangan seperti orang yang sedang merokok. Myunghee mengangguk. Rocky kembali mengintip.
Myunghee kembali diam seperti yang Rocky suruh dan memandangi wajah Rocky cukup lekat. Memar di sekitar pipi pemuda itu terlihat kebiruan. Myunghee baru sadar ketika melihatnya dari dekat. Lukanya cukup lebar. Pasti Myungjun memukulnya beberapa kali di tempat itu.
Entah apa yang merasukinya, hingga tangannya terulur dan menyentuh luka itu. Rocky tertegun. Ia menoleh dan mendapati Myunghee tengah memegangi pipinya yang memar dengan tatapan sendu. Rocky membisu. Sentuhan gadis itu membuat tubuhnya membeku hingga tak bisa bereaksi apa-apa.
Dengan bibir bergetar dan mata yang berkaca-kaca, Myunghee berucap lirih, "Pasti sakit."
Rocky masih mematung. Hanya matanya yang mampu ia gerakkan, mengelilingi wajah indah gadis itu. Jemari Myunghee turun dan berhenti pada sudut bibir Rocky yang terluka dan masih ada bekas darah.
Kembali dengan bibir yang bergetar dan matanya yang makin membasah, Myunghee berucap tanpa suara, "Pasti sakit."
Rocky mengangkat tangannya, menggenggam tangan Myunghee yang masih bertengger di bibirnya. Mengusapnya pelan, lalu menyelusupkan jemarinya ke jemari gadis itu. "Nggak apa-apa. Sama sekali nggak sakit."
Myunghee memicing, menatap Rocky sinis. Bagaimana mungkin dengan luka separah ini pemuda itu tak merasa sakit? Bahkan orang lain yang melihatnya pun pasti akan merasa ngilu.
"Bodoh! Kamu pikir aku akan percaya?"
Rocky tersenyum, kembali berujar, "Beneran deh, gue nggak bohong."
"Lihatlah berapa banyak luka di wajahmu. Dan kamu bilang sama sekali nggak sakit?" Myunghee kembali mendumal dan berbisik cukup kuat. Rocky hanya bisa senyum-senyum, tak bisa menjawab. Myunghee melanjutkan, "Dan kamu justru khawatir sama aku. Padahal keadaanmu sendiri yang lebih mengkhawatirkan. Bodoh!"
"Apa lo sekarang khawatir sama gue?" tanya Rocky menggoda.
Myunghee mendelik dan langsung mencubit pipi Rocky yang lebam. "Nggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN || ROCKY ✔
Fanfic** "Eh, ini aku dulu yang lihat." "Tapi gue dulu yang ambil." "Tapi aku yang buka kulkasnya." "Kalau gitu makasih." ** "Kenalin. Dia pacar gue. Namanya ..." Pemuda itu menjeda kalimatnya dan memandang mata Myunghee cukup lama. Lalu pandangannya turu...