"H-hey ... aku suruh kamu cobain es krimnya. Bukan ...." Mulut Myunghee seketika terkatup, tak mampu melanjutkan kata-kata berikutnya. Bahkan hanya dengan membayangkan kata itu terlontar pun membuatnya merinding.
"Salah sendiri. Kenapa es krimnya disisain di bibir?"
PLAAKK
Satu tamparan sukses mendarat di pipi kanan Rocky. Tangan kiri Myunghee yang bebas tak memegang apa-apa, spontan langsung terayun ke depan dan memukul lelaki tidak punya sopan santun itu. Ah, sudah lama Myunghee tak pernah berpikir bahwa pemuda di hadapannya itu tidak punya sopan santun, mengingat beberapa waktu belakangan pemuda itu pernah membuatnya tersenyum. Tapi sekarang, dengan sangat tidak sopan pemuda itu berani-beraninya menyentuh bibirnya yang selama ini ia jaga.
Rocky memegangi pipinya yang terasa panas dan mengerjap. Ia terkejut. Bukan, bukan karena tamparan Myunghee yang membuatnya terkejut. Namun, karena ia sendiri yang tak bisa mengontrol tindakannya.
"Berani-beraninya, ya, kamu? Kamu pikir aku perempuan apa?" bentak Myunghee. Matanya membulat dan memancarkan kemarahan dari dalamnya. Bibirnya bergetar dan salah satu sudut matanya mulai basah.
Myunghee bangkit dan es krim yang masih digenggamnya itu langsung ia campakkan ke segala arah dan ia berbalik. Berjalan menjauhi pemuda itu yang masih saja mematung seraya memegangi pipinya. Untuk beberapa alasan Rocky masih belum sepenuhnya sadar. Namun, di detik berikutnya, ia mendapati Myunghee sudah jauh beberapa langkah dari tempatnya duduk. Es krim cokelat yang mulai meleleh mengotori tangannya itu langsung ia hempaskan begitu saja dan ia berlari mengejar Myunghee. Meraih salah satu pergelangan tangan gadis itu dan sedikit membalikkan posisinya. "Myung Myung!"
Myunghee menoleh, masih dengan matanya yang mendelik menahan amarah. Rocky bisa lihat jejak air mata yang belum terlalu kering di pipi Myunghee. Gadis itu menangis karena tindakannya. Sebrengsek itukah dia? Ya, sepertinya memang dia keterlaluan.
"Maaf." Pada akhirnya hanya kata itu yang mampu Rocky keluarkan. Tenggorokannya seperti tersekat sesuatu sehingga ribuan kata maaf yang ada di hatinya tak ada yang bisa dikeluarkannya.
Myunghee tertawa miris mendengarnya. Semudah itu pemuda ini meminta maaf? Setelah perlakuannya yang tidak etis terhadap dirinya, semudah itu meminta maaf?
"Enak, ya?" tanya Myunghee sarkastis. Rocky mengeratkan genggamannya, dan semakin mendekat. Demi Tuhan, Rocky benar-benar kelepasan tadi. Yang tadi itu seperti bukan dirinya. Ia seperti sedang dirasuki roh lain ketika melakukannya.
"Maafin gue. Gue nggak bermaksud buat ngelecehin loe atau gimana," ujar Rocky dengan suara bergetar.
Myunghee menghempaskan tangan Rocky yang menggenggamnya dengan sekali hempas. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Myunghee kembali berjalan menjauhi Rocky.
"Myung Myung! Mau ke mana?" teriak Rocky dari tempatnya.
"Pulang," jawab Myunghee tanpa berbalik. Rocky kembali mengejar dan kembali menahan langkah Myunghee.
"Naik apa?"
"Apa aja."
"Jangan gitu, lah, Myung Myung. Gue antar lo ke sekolah," ujar Rocky bersalah.
"Nggak sudi!" tolak Myunghee tegas. Rocky melirik arlojinya. Sebentar lagi akan ganti jam pelajaran. Dia hanya izin satu jam pelajaran tadi. Itu artinya mereka tidak punya banyak waktu untuk kembali.
"Jangan marah, dong, Myung Myung," ujar Rocky sedikit memohon.
"Apa? Menurut kamu ... setelah apa yang kamu lakukan, aku nggak akan marah? Iya?"
"Oke, nggak apa-apa lo marah sama gue. Tapi marahnya ditunda dulu, ya! Gue anterin lo ke sekolah dulu, habis itu terserah. Lo mau marah, maki-maki gue, pukul gue kalau perlu. Tapi nanti, setelah gue anterin lo balik ke sekolah. Ya?" pinta Rocky sangat. Kali ini kedua tangannya ia katupkan di depan dada dan memasang wajah sangat memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN || ROCKY ✔
Fanfiction** "Eh, ini aku dulu yang lihat." "Tapi gue dulu yang ambil." "Tapi aku yang buka kulkasnya." "Kalau gitu makasih." ** "Kenalin. Dia pacar gue. Namanya ..." Pemuda itu menjeda kalimatnya dan memandang mata Myunghee cukup lama. Lalu pandangannya turu...