Part 20 ~ Nametag

585 74 22
                                    

Jinjin menenteng kantong kresek berisi susu pisang yang tadi dibeli Myungjun ke rumahnya. Masih ada 13 botol yang tersisa dan sahabatnya itu enggan membawa pulang. Mungkin dia sudah mual. Bayangkan saja, total ada 27 botol yang diminumnya dalam satu malam. Sudah pasti perutnya sekarang sangat mual, bahkan mungkin ia bisa muntah hanya dengan membaca merk dari susu pisang itu.

Rocky yang kebetulan sedang berada di dapur untuk minum, hanya memperhatikan saja hyung-nya yang memasukkan satu per satu susu pisang itu ke dalam kulkas.

"Lo kalau mau susu pisang, ambil aja," ujar Jinjin. Rocky mendekat.

"Tumben beli susu pisang banyak banget. Dalam rangka apa?" tanya Rocky. Jinjin menutup pintu kulkas setelah ia memasukkan semua susu pisang itu.

"Ini punya MJ. Gue juga nggak tahu kenapa dia beli sebanyak ini. Udah tahu nggak doyan susu pisang, malah minum banyak banget. Sambil nangis pula," jawab Jinjin yang hanya dibalas dengan kerutan di kening oleh adiknya.

"Lagian gue juga bingung banget sama dia. Dia habis putus cinta atau gimana, sih?" sungut Jinjin cukup emosi. Hanya dengan mengingat kelakuan Myungjun yang seperti tidak biasanya membuat emosinya tersulut.

"Myung Hyung?"

"Hmmm. Dia lagi ada masalah, gue rasa. Tadi di mobil dia tidur sambil terus nyebut 'Myunghee ... maafkan oppa, ppa yang salah'. Gitu terus diulang-ulang sampai di rumah," terang Jinjin seraya berkacak pinggang.

Rocky diam saja tak menanggapi ocehan hyung-nya, karena ia tak mau memberi tahu yang sebenarnya walaupun ia tahu. Ia sangat tahu bahwa Myungjun menyesal akan perbuatannya. Namun, justru tak disangka-sangka bahwa efek dari rasa sesal itu akan separah ini.

***

Sebelum alarmnya berbunyi, Myunghee sudah bangun. Pagi sekali. Bahkan matahari pun belum memulai aktivitasnya untuk menerangi bumi. Myunghee mandi dan membereskan semua keperluan sekolahnya hari ini.

Dan di sinilah ia sekarang. Duduk mematung di depan kaca rias dan melamun. Semalaman ia tak bisa tidur. Bahkan ia kembali menangis setelah oppanya datang.

Matahari kian meninggi. Cahaya jingga mulai menerobos masuk melalui ventilasi kamarnya. Kamar yang semula gelap-karena Myunghee tak menyalakan lampu sedari tadi-menjadi sedikit terang dan ia mampu melihat pantulan wajahnya di cermin.

CEKLEEEK

Tiba-tiba dari luar ada yang membuka pintu kamarnya. Myunghee sangat tahu yang membuka pintu pasti oppanya. Namun, ia sama sekali tak menggerakkan kepalanya untuk menoleh. Myungjun menyembulkan sedikit kepalanya dan melongok.

"Hee-ya!" Myunghee menoleh.

"Mmm ... oppa pikir kamu belum bangun," ujar Myungjun canggung. Myunghee tetap diam, enggan menjawab. Myungjun menggerakkan bola matanya ke kanan dan ke kiri, gelisah. "Cepat turun. Oppa tunggu di ruang makan. Kita sarapan sama-sama."

Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Myungjun menutup pintu kamar Myunghee perlahan dan kembali turun menuju dapur. Myunghee pun ikut turun dan menghampiri oppanya.

Makanan sudah ditata semua di meja makan. Lagi-lagi oppanya masak banyak hari ini. Ia pun bingung, sejak pukul berapa oppanya masak hingga bisa memasak sebanyak ini.

"Duduk, Hee! Ayo makan!" ajak Myungjun. Myunghee pun hanya menurut saja dan duduk di salah satu kursi.

Dengan cekatan Myungjun mengambilkan nasi dan lauk untuk Myunghee lebih dulu. Selalu dari dulu adiknya yang ia prioritaskan dalam hal apapun. Mereka berdua makan dalam diam hingga mereka selesai makan.

Myunghee berdiri dari duduknya dan hendak menuju kamar. Namun, ketika ia berdiri, telapak kakinya sedikit sakit karena ia menginjak sesuatu. Segera ia lihat benda apa yang diinjaknya itu. Myunghee mengernyit. Ini adalah sebuah nametag. Ia ambil dan, oh! Ini milik lelaki tidak punya sopan santun itu.

RUN || ROCKY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang