Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring menjadi satu-satunya suara di ruang makan pagi ini. Baik Myungjun maupun Myunghee tak ada yang membuka suara terlebih dahulu. Mereka hanya fokus pada sarapan mereka.
Hingga akhirnya Myunghee lebih dulu selesai makan dan hendak pergi ke kamarnya, tapi Myungjun langsung memanggil.
"Hee-ya!"
Myunghee menoleh. "Ada apa Oppa?"
"Berangkat ke sekolah dengan Oppa hari ini, ya?" tawar Myungjun.
"Itu ...." Myunghee menggaruk tengkuknya sendiri, bingung bagaimana cara menolak ajakan itu.
"Oppa sebentar lagi juga mau berangkat. Berangkat sekalian nggak apa-apa, 'kan?" Myungjun kembali membujuk.
"Maaf, Oppa. Tapi aku mau berangkat sendiri," ujar Myunghee lirih.
Myungjun hanya mengangguk, lalu membiarkan adiknya itu untuk ke kamarnya lagi.
Yang Jinjin bilang kemarin nggak benar, 'kan, Hee?
***
Entah setan apa yang merasuki Rocky pagi ini. Tak biasanya pagi-pagi sekali ia sudah siap berkemas diri dan memanaskan Ninja merahnya. Selagi menunggu Ninjanya panas, ia menyisir rambutnya dengan tangan di kaca spion sambil bersenandung ria.
Tiba-tiba deru motor terdengar memasuki garasi rumahnya. Rupanya hyung-nya lah yang datang. Jinjin turun dari Ninja hitamnya dan langsung menghampiri Rocky.
Rocky memicing curiga. Hyung-nya itu tiba-tiba saja tersenyum seperti orang gila, bahkan matanya sudah tinggal segaris. Belum lagi cara jalannya yang sempoyongan.
"Mau berangkat? Hihihi ...." Jinjin bertanya diiringi tawa cekikikan tidak jelas.
Rocky langsung menutup hidungnya karena hyung-nya bau alkohol.
"Lo minum, ya?" tanya Rocky sedikit meninggikan suaranya. Jinjin tersenyum seperti tadi dan mengangguk beberapa kali.
"Baru pulang?" tanya Rocky lagi. Jinjin kembali mengangguk.
Rocky menggelangkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan Jinjin.
"Lo mabuk tapi naik motor? Lo gila, ya?" Rocky langsung memarahi hyung-nya.
"Cuma sedikit gue minum. Masih sanggup gue nyetir," bela Jinjin, menyombongkan dirinya sendiri.
Rocky tak peduli. Segera ia keluarkan Ninja merahnya untuk berangkat. Saat Rocky melewati Jinjin, ia berkata, "Cari pacar sana, biar ada yang ngurusin hidup lo! Biar lo nggak kacau kayak gini. Gue kasihan lihat lo luntang-lantung nggak karuan begini."
"Sok-sokan nasihatin orang tua lo!" balas Jinjin. "Mentang-mentang udah punya, seenaknya ngatain gue. Lo juga, tuh! Kalau mau ngajak anak orang jalan, izin dulu sama walinya! Nggak tahu apa, orang yang lo ajak jalan kemarin dicariin seharian?"
Rocky tercekat, sedikit merasa tertohok dengan perkataan Jinjin. Hyung-nya tahu kalau ia kemarin pergi dengan Myunghee?
***
Myunghee sedikit merasa tidak enak hati dengan oppanya. Tidak seperti biasanya ia menolak permintaan oppanya itu. Apalagi jelas-jelas permintaan oppanya tidak sulit. Namun, yang ada di otak Myunghee saat itu ketika menolak permintaan Myungjun adalah janjinya pada Rocky kemarin. Pemuda itu pasti akan sangat kecewa kalau ia tidak memenuhi janjinya.
Jadi, walau dengan langkah yang sedikit berat, Myunghee tetap berjalan menuju halte.
Rasa gundah dan bersalahnya itu berubah menjadi senyuman tatkala dari kejauhan ia dapat melihat Ninja merah kekasihnya itu. Entah ide datang dari mana, Myunghee tiba-tiba ingin menjahilinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN || ROCKY ✔
Fanfic** "Eh, ini aku dulu yang lihat." "Tapi gue dulu yang ambil." "Tapi aku yang buka kulkasnya." "Kalau gitu makasih." ** "Kenalin. Dia pacar gue. Namanya ..." Pemuda itu menjeda kalimatnya dan memandang mata Myunghee cukup lama. Lalu pandangannya turu...