Part 19 ~ Maaf

590 79 20
                                    

Pada sebuah bangku depan minimarket, Myungjun terduduk lemas. Di mejanya sudah banyak botol susu pisang yang habis ia minum. Mungkin sekitar dua puluh botol? Ya, mungkin sudah sebanyak itu. Bahkan susu sebanyak itu pun bisa membuatnya sedikit pening dan merasa mabuk. Myungjun menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya di meja. Menyembunyikan isakannya di lipatan tangannya supaya tak ada orang yang melihatnya menangis.

Tiba-tiba ia merasa sesuatu menyentuh pundaknya. Sebuah tangan yang cukup kekar dan terasa dingin. Ia menengadahkan kepala dan sedikit menyipitkan matanya untuk bisa melihat sosok yang ada di depannya dengan jelas. Matanya yang sudah bengkak dan hampir tertutup oleh air mata membuatnya sedikit sulit mengenali orang itu. Hingga akhirnya orang itu mengeluarkan suara, "MJ!"

Jinjin. Ia kenal dari suaranya. Jinjin yang datang dan menepuk pundaknya. Jinjin yang datang dan duduk di depannya. Myungjun mengembuskan napasnya berat secara perlahan. Mengusap wajahnya yang nampak kacau dan kelelahan.

"Ngapain lo tengah malam sendirian di sini?" tanya Jinjin seraya memperhatikan meja yang serabut dipenuhi botol susu pisang yang sudah kosong. "Ini semua lo yang minum?"

Myungjun mengangguk lemah sebagai jawaban. Pita suaranya seakan terjepit sesuatu sehingga membuatnya tak bisa mengeluarkan suara. Jinjin mengernyit, "Ada apa?"

Myungjun menatap Jinjin lekat, yang dibalasnya lagi dengan tatapan menuntut jawaban. Ia membuang wajahnya ke arah jalan raya untuk menghindari tatapan Jinjin yang seakan mengintimidasinya. Diam sesaat memikirkan kalimat yang harus ia ucapkan sebagai jawaban.

"Temenin gue sebentar di sini. Nggak apa-apa, 'kan?" Dari sekian banyaknya kalimat yang ia susun di otaknya, akhirnya kalimat itulah yang ia pilih.

Jinjin terdiam. Menatap sahabat kecilnya yang masih saja termenung dengan wajah kacaunya. Matanya sayu dan bengkak karena banyak menangis, bahkan bibir yang biasa menyunggingkan senyuman setiap saat kini sirna. Hanya ada raut wajah datar dan kesedihan sekarang. Jinjin tahu bahwa sahabatnya itu sedang ada masalah.

"Lo bisa cerita ke gue, kalau emang lo nggak bisa pendam sendiri."

Myungjun kembali menolehkan wajahnya menatap Jinjin. Pemuda itu duduk dengan tenang dan memandang Myungjun dalam, menunggu sahabatnya mau membagi keluh kesahnya.

"Lo ... Pernah meras diri loe adalah seorang pecundang?" tanya Myungjun lemah dan nada bicaranya cukup bergetar. Jinjin mengernyit karena bingung. Namun, ia memilih diam. Sahabatnya itu belum selesai, ia rasa. Ia membiarkan Myungjun meluapkan semua keresahannya, baru akhirnya ia paham ke mana alur ceritanya ini.

"Apa gue adalah seorang pecundang?" tanya Myungjun dengan tatapan nanar. Jinjin tetap diam.

"Apa gue salah? Apa gue terlalu keras? Apa gue terlalu mengekang?" tanya Myungjun lagi lebih keras dan sedikit memekik. Lalu setelahnya ia tertawa miris. Bukan tawa bahagia, melainkan tawa mengejek. Ia menertawakan dirinya sendiri, itulah yang bisa dilihat Jinjin.

Cukup panjang tawanya, hingga tak sadar ia mengeluarkan air mata karena tawanya itu. Jinjin tak bisa diam saja. Myungjun benar-benar kacau sekarang. "Mau gue beliin soju?"

"Haa? Gue nggak minum gituan, Jin. Myunghee nggak suka," jawab Myungjun masih sedikit tertawa. Jinjin menaikkan sebelah sudut bibirnya, merasa miris dengan keadaan sahabatnya itu.

Myungjun tiba-tiba saja bangkit dari duduknya dan dengan sempoyongan masuk kembali ke minimarket. Jinjin meraih tangan Myungjun dan bertanya, "Mau apa?"

"Bentar. Gue mau beli susu pisang dulu," jawab Myungjun lemah seraya melepaskan genggaman Jinjin di pergelangan tangannya.

"Berhenti minum! Lo udah banyak minum!" seru Jinjin tajam. Myungjun mendengkus.

RUN || ROCKY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang