Jinjin yang semula akan pergi ke rumah temannya terpaksa mengubah tempat tujuannya. Apalagi kalau bukan karena kelakuan adik terkutuknya itu. Sudah geram karena ia terpaksa mengendarai mobil untuk bepergian karena helm-nya mendadak hilang, kini ditambah fakta bahwa adiknyalah pelaku di balik hilangnya helm satu-satunya itu. Rasanya sekarang ia ingin melempar semua benda ke wajah adiknya.
"Jadi ... apa alasannya lo nyuri helm gue?" tanya Jinjin geram. Sesekali helaan napas beratnya terdengar, usaha agar ia bisa menahan marahnya.
"Nyu-nyuri? Gue nggak nyuri. Gue minjam," bela Rocky.
Jinjin memicing. "Minjam apa yang nggak izin sama pemiliknya?"
"Aaahh ... itu, lo kan tadi masih tidur. Gue nggak mungkin bangunin lo. Lagian tadi gue juga hampir telat. Terpaksa gue ambil aja," jawab Rocky.
"Banyak alasan!" Jinjin mendumal. "Terus apa tujuannya lo minjam helm gue? Helm lo mana?"
Rocky menipiskan bibirnya, geram karena terus-terusan diinterogasi hyung-nya sendiri. "Itu ... bukan gue yang pakai. Orang lain yang pakai."
"Haa? Lo pinjamin ke siapa?" tanya Jinjin setengah menjerit. Hyung-nya yang satu ini memang paling anti kalau barangnya dipakai orang lain, bahkan kalaupun orang itu Rocky.
"I-itu ... M-M-Myung ... Myunghee. Yang pakai Myunghee," jawab Rocky terbata dengan suara pelan.
"Myunghee? Adiknya MJ?" tanya Jinjin lagi dengan nada seperti sebelumnya. Rocky mengangguk.
Jinjin menganga, tak habis pikir dengan kelakuan adiknya. Rasa geramnya makin bertambah dan membuatnya ingin melempar adiknya sendiri keluar dari mobil sekarang juga. Jinjin kembali menghadap depan memperhatikan jalan.
"Ceritain kronologisnya!" seru Jinjin mulai bisa mengontrol emosi.
"Gue terpaksa. Kami berdua sama-sama hampir telat. Gue tawarin dia berangkat bareng, tapi gue nggak punya helm lain. Jadi gue pinjam helm lo, buat dipakai Myunghee," jawab Rocky seringkas mungkin. Jinjin mengangguk, mulai bisa memahami.
"Oke, terus kenapa lo nggak ngasih tahu gue?"
"Gue lupa," jawab Rocky langsung seakan tak memiliki dosa. Jinjin sekali lagi rasanya ingin menjitak kepala Rocky karena kelakuannya yang tidak sopan itu.
"Aaarrgghh!" geram Jinjin. Ia sampai hampir melayangkan satu pukulan kalau saja ia tidak punya hati nurani.
"Aish! Darah tinggi gue lihat kelakuan lo!" Jinjin sekali lagi berusaha sabar. Rocky hanya bisa diam, pasrah.
"Lo tadi pulang naik apa?" tanya Jinjin.
"Bus," jawab Rocky langsung. Jinjin mendelik dan sontak membulatkan mulutnya.
"Otak lo udah nggak waras, ya? Berangkat naik motor, pulang naik bus. Motornya ditinggal di sekolah. Dan sekarang minta hyung buat ngantar ke sekolah ambil motor. Ckckck ...," dumal Jinjin. Sekali lagi Rocky tetap diam dan mengerucutkan bibirnya karena kesal dimarahi hyung-nya terus.
"Itu .... Ya gitu lah pokoknya," serah Rocky.
Jinjin mengurut dahinya yang terasa berdenyut, lalu mengembuskan napasnya berat. "Kenapa? Kenapa malah naik bus?"
"Kok lo kepo, sih?" sungut Rocky. Sedikit salah tingkah juga sebenarnya.
Jinjin melirik sinis melalui ekor matanya, lalu berkata, "Pasti karena mau pulang bareng Myunghee, 'kan?"
"Haa? Apaan, sih? Sok tahu banget lo!" Rocky langsung gelagapan dan refleks menjawab dengan suara yang sedikit keras.
"Ckckck .... Ketahuan banget kalau bohong," decak Jinjin seraya menggelengkan kepalanya. Sekali lagi Rocky hanya mampu lebih menundukkan kepala, malu untuk menunjukkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN || ROCKY ✔
Fanfiction** "Eh, ini aku dulu yang lihat." "Tapi gue dulu yang ambil." "Tapi aku yang buka kulkasnya." "Kalau gitu makasih." ** "Kenalin. Dia pacar gue. Namanya ..." Pemuda itu menjeda kalimatnya dan memandang mata Myunghee cukup lama. Lalu pandangannya turu...