Part 48 ~ Berat

494 62 17
                                    

Rocky sudah menunggu di depan kelas Myunghee, menunggu gadisnya itu keluar. Kebetulan jam terakhir di kelasnya kosong dan ia sangat jenuh. Alhasil ia pun memutuskan untuk berdiri di samping pintu kelas Myunghee.

Bel pulang berbunyi. Siswa kelas Myunghee mulai keluar dan menyapanya ketika berpapasan. Hanya siswa laki-laki yang tidak melakukannya, termasuk Sanha. Bahkan orang yang Rocky cukup kenal, sahabat perempuan Myunghee, tidak menyapanya. Ia berjalan di sebelah Sanha dan hanya melirik sedikit, memasang wajah tak peduli. Beda sekali dengan reaksinya terakhir kali saat di rumah Myunghee.

Keadaan sekolah mulai sepi, tapi Myunghee belum juga keluar dari kelas. Rocky mulai khawatir. Ia pun memutuskan untuk masuk ke kelas Myunghee. Dilihatnya gadis itu masih di tempat duduknya, menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Buku-bukunya masih di meja, belum dirapikannya. Gadisnya itu baik-baik saja, 'kan?

"Myung Myung?" Rocky memanggil, tapi tak ada respons dari orang yang dipanggilnya. Rocky makin khawatir.

Ia masuk dan bergegas menghampiri gadis itu. Ditepuknya pundak gadis itu pelan, lalu kembali memanggil. "Myung Myung?"

Myunghee mendongak dengan kondisi wajah yang sulit untuk ditebak. Wajahnya seperti orang yang sedang sakit. Dengan segera tangan Rocky langsung menyentuh dahi Myunghee. Suhunya normal. Gadis itu tidak sedang demam.

"Aku nggak sakit," jawab Myunghee santai, lalu menurunkan tangan Rocky.

"Kalau nggak sakit terus kenapa belum pulang? Lihat! Udah nggak ada orang, 'kan?" Rocky sedikit meninggikan suaranya. Bukan marah, melainkan karena terlampau khawatir.

Myunghee tak mengindahkan omelan Rocky. Ia justru membereskan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam ranselnya.

"Myung Myung! Lo dengar gue ngomong nggak, sih? Lo nggak tahu kalau gue khawatir banget?" tanya Rocky geram. Ia merasa khawatirnya itu tak dianggap berarti.

"Dengar, kok. Aku nggak sakit, cuma ngantuk," jawab Myunghee sama santainya seperti sebelumnya.

Ia menggendong ranselnya ke punggung, lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Rocky yang justru hanya diam saja. Bodohnya Rocky, ia justru melongo melihat gadisnya itu mengabaikannya. Ia segera berjalan cepat, menyejajarkan posisinya dengan gadisnya itu.

"Jadi diantar ke toko buku nggak?" tanya Rocky.

"Besok-besok aja, deh. Aku ngantuk, mau tidur," jawab Myunghee lirih.

Rocky merasa ada yang salah dengan gadisnya ini. Gadisnya itu tak pernah menjawab pertanyaannya dengan suara selemah ini. Ia adalah gadis yang ceria, yang akan menjawab dengan senyum yang menyertai kalimatnya. Seharusnya seperti itu, tapi sekarang terasa lain. Pasti ada yang aneh dengan gadis ini.

"Apa lo lagi ada masalah?" tanya Rocky.

Myunghee tak menjawab, bahkan merasa tertarik dengan pertanyaannya itu pun tidak. Lagi-lagi Rocky diabaikan. Rocky mengembuskan napasnya. Rasanya ia tahu masalah dari gadisnya ini. Pasti perubahan sikap sahabatnya yang membuat gadis itu murung.

Rocky memilih mengalah dan tak mengajukan pertanyaan apa-apa lagi. Mereka pun pulang dengan keadaan hening hingga sampai rumah.

***

Myunghee tak pernah punya teman. Saat duduk di sekolah dasar, ia adalah pribadi yang sangat pendiam, tak berkata banyak, dan sangat pemalu. Tak ada teman sepermainan semasa kecil, hanya Myungjun, oppanya lah yang menjadi temannya.

Saat di sekolah menengah pertama, ia masuk di sekolah khusus perempuan. Myunghee bukan jenis gadis yang terlalu memikirkan fashion, atau bahkan mode kekinian yang banyak dipakai anak gadis seusianya. Pribadinya yang pemalu berlanjut hingga sekolah menengah pertama, membuatnya lagi-lagi susah untuk berkawan. Justru di sekolah itu Myunghee banyak menerima makian, hinaan, bahkan ia sering dikucilkan. Namun, ia bertahan dan berusaha agar oppanya tak tahu masalah ini.

RUN || ROCKY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang