Part 56 ~ Terbongkar

406 61 9
                                    

"Jadi selama ini lo yang ngirimin gue cokelat?"

Tubuh perempuan itu mematung seketika. Bahkan untuk menyembunyikan sebatang cokelat yang digenggamnya ke belakang tubuh saja tak sanggup saking terkejutnya. Perempuan itu benar-benar terdiam dan sangat terkejut akan kehadiran Rocky sore itu. Ini tidak seharusnya terjadi. Rocky seharusnya tidak datang lagi ke kelasnya. Namun, nyatanya pemuda dengan tatapan mata setajam elang itu sudah ada di depannya. Rocky berjalan mendekat tanpa sedikit pun menurunkan tatapan tajamnya pada perempuan yang wajahnya sudah pucat pasi itu.

"Siapa lo sebenarnya?" tanya Rocky masih mencoba sabar, ditandai dengan volume suaranya yang masih bisa terbilang normal.

Perempuan itu membisu.

"Gue mau tanya banyak hal sama lo sampai nggak tahu mana yang harus didulukan." Rocky menjeda kalimatnya. Ia kembali bertanya, "Kenapa lo ada di kelas gue? Sanha bilang lo udah pulang dijemput papa lo."

Perempuan itu tetap membisu. Matanya bergerak gelisah, tak berani membalas tatapan mata Rocky yang tajam.

"Jawab pertanyaan gue selagi gue masih tanya baik-baik!" ancam Rocky. Sama sekali tak melepaskan tatapan tajamnya. Perempuan itu terlihat bergetar, tangannya mengepal kuat, dan napasnya mendadak tak beraturan.

Sekuat tenaga ia mengangkat wajahnya. Mungkin baginya, mengelak sekarang juga tak ada gunanya. Posisinya benar-benar sudah tersudutkan, dan melarikan diri bukanlah jalan yang tepat.

"Iya. Gue yang selama ini ngirimin lo cokelat di tanggal 25. Lo tanya gue siapa? Gue Yeoreum, adik kelas lo dari SD. Gue suka sama lo dari pertama kali lo pindah. Tapi gue nggak berani buat ngomong sejujurnya, makanya gue cuma bisa kirim lo cokelat. Lo tanya kenapa gue bisa ada di kelas lo? Beginilah cara gue ngasih cokelat ke lo. Udah, 'kan? Waah ... akhirnya ketahuan juga gue, biarpun butuh waktu 10 tahun," ujarnya panjang lebar dan di akhir kalimatnya ia tertawa miris. Lebih seperti menertawakan kebodohannya kalau dilihat dari sudut pandang Rocky.

Rocky tertawa kecut dan geleng-geleng kepala di depan perempuan yang sekarang justru tertawa gila seakan kehilangan kewarasan.

"Jadi itu alasannya kenapa lo sampai rela mencelakai sahabat lo sendiri?"

Pertanyaan itu sukses membuat tawa gila Yeoreum terhenti. Perempuan itu kembali memasang raut tegang dan memandang Rocky cukup tajam.

"Maksud lo apa?"

Rocky tertawa sinis. Ia mengeluarkan ponsel di saku celananya dan memutar sebuah video yang sebelumnya sudah ia copy ke ponselnya. Sebagai jaga-jaga kalau misal flash disk itu hilang atau ada kejadian buruk tak diinginkan.

Rocky mampu melihat sekujur tubuh Yeoreum menegang, jauh dari saat sebelumnya. Napas perempuan itu terdengar memburu dan emosinya benar-benar berada di puncak. Rocky kembali menyimpan ponselnya ke saku celana tanpa memutar video rekaman CCTV itu secara keseluruhan.

"Yang di video ini ... lo, 'kan?"

Yang Rocky dapatkan hanyalah sebuah keheningan. Perempuan itu tak menjawab. Namun, dilihat dari responsnya yang makin menajamkan tatapan matanya dan tangannya yang makin mengepal kuat, Rocky yakin kalau perempuan itu sudah terpojok.

"Lo nggak bisa mengelak lagi. Buktinya udah terlalu jelas. Di video itu jelas lo yang jatuhin pot dari lantai dua ruang kesenian. Bahkan gue punya bukti lain," ujar Rocky yakin, lalu merogoh sesuatu dari saku celananya yang satu lagi. Sebuah gelang emas berliontin hati. Ia lalu menunjukkannya tepat di depan wajah perempuan itu.

"Gelang ini ditemukan di antara pecahan pot saat kecelakaan itu terjadi. Ini gelang lo, 'kan?"

Yeoreum masih tak bersuara. Namun, matanya meredup. Dari sudut matanya sudah mengumpul air mata, yang mana sekali kedip saja sudah bisa dipastikan air mata itu akan luruh.

RUN || ROCKY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang