Part 25 ~ Peringatan

591 74 21
                                    

Sepulang sekolah, Rocky langsung membanting tubuhnya di kasur dan terlelap tanpa mengganti seragamnya lebih dulu. Hingga sekarang matahari telah kembali ke peraduannya dan digantikan oleh rembulan, Rocky belum terjaga. Seakan pemuda itu enggan untuk meninggalkan dunia mimpinya yang jauh lebih indah daripada dunia nyatanya.

Rocky mengerjap. Kamarnya gelap, hanya sedikit cahaya bulan yang mengintip melalui jendela kamarnya yang tak tertutup tirai. Rocky bahkan tak bisa menemukan di mana letak ponselnya karena cahaya bulan yabg redup tak banyak membantu. Ia menggapai lampu tidur dan menyalakannya supaya ia bisa melihat di mana letak ponselnya.

Ya ampun! Ponselnya beserta seisi tas sekolahnya berserakan di samping meja belajarnya. Pasti tadi ia terlalu kasar mencampakkan tasnya, hingga membuat tasnya yang memang tak di-zip—karena sering lupa—keluar berserakan. Rocky menjambak rambutnya kuat dan mengerang tertahan. Baru kemudian menapakkan kaki ke lantai yang sejuk untuk menggapai ponselnya.

Rocky membuka kunci ponselnya, menggeser slide menu dan mencari sesuatu yang harus dibuatnya. Jarinya terhenti pada pilihan menu kontak dan membukanya. Memindai setiap nama yang tersimpan di kontaknya. Jarinya berhenti menggeser ketika menemukan nama 'Myung Myung' di sana. Ia menyimpan nomor Myunghee saat terakhir kali ia datang ke rumah gadis itu. Ketika Myunghee buru-buru kabur saat ia memergoki gadis itu tengah memandangi wajahnya. Ponsel Myunghee yang kala itu tergeletak di sofa langsung disambarnya, dan mendial nomornya sendiri untuk mendapatkan nomor gadis itu. Jadi hanya Rocky yang memiliki nomor Myunghee, sedangkan Myunghee tidak.

Terdengar nada sambung, tapi belum diangkat. Rocky menunggu dengan perasaan risau. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Hingga akhirnya nada sambung berhenti. Panggilannya diangkat.

"Myung Myung!" panggil Rocky dengan suara serak. Tak ada sahutan dari seberang sana. Rocky kembali bersuara, "Apa lo masih marah? Gue minta maaf, Myung Myung. Gue salah. Nggak seharusnya gue ngelakuin itu ke lo."

Kembali tak ada sahutan. Myunghee tak bersuara, hanya terdengar suara helaan napas. Rocky melihat ponselnya, mengecek apa jangan-jangan panggilannya diakhiri. Namun, masih terhubung. Myunghee masih di sana, masih setia mendengarkan suaranya.

"Apa sesakit itu luka yang gue tinggalin ke lo? Apa separah itu dampaknya sampai lo nggak mau ngomong sama gue?" Suara Rocky tercekat dan tiba-tiba isakannya tak mampu ditahannya lagi.

"Pasti sakit, ya? Maaf. Gue nyesel udah ngelakuin itu. Nggak seharusnya gue ngerusak lo. Nggak seharusnya gue ngerusak apa yang udah lo jaga selama ini. Nggak seharusnya gue menjatuhkan harga diri lo. Dan nggak seharusnya gue ...." Rocky tak mampu melanjutkan kata-katanya. Isakannya makin kuat. Membayangkan betapa bejatnya ia dan betapa terhinanya gadis itu. Dari seberang sana masih diam.

"Maaf. Nggak seharusnya gue nyentuh bibir lo ...."

BIIP

Panggilan diakhiri. Rocky melihat layar ponselnya yang telah berganti menampilkan wallpaper Ninja merah kesayangannya lagi. Myunghee mengakhiri panggilan darinya tanpa sepatah kata pun setelah ia mengatakan kalimat itu. Kalimat paling buruk yang pernah Rocky tahu di dunia ini. Rocky mengeratkan ponselnya dan kembali menangis di balik pahanya.

***

Myunghee duduk di meja belajarnya. Membuka buku Matematika dan mengulang kembali materi hari ini. Tapi itu hanya niat awalnya. Karena realitanya, buku Matematika yang telah dibukanya itu malah menonton dirinya yang tengah melamun. Pikirannya berkelana jauh entah ke mana, sedang hatinya berkecamuk tak keruan.

"Hee-ya!"

Panggilan disertai ketukan pintu kamarnya cukup membuatnya kembali tersadar. "Masuk, Oppa!"

RUN || ROCKY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang