Rocky memegangi pipinya yang memar bekas pukulan Myungjun tadi. Rasanya ngilu. Bahkan untuk membuka mulutnya saja pipinya seakan berdenyut. Belum lagi sudut bibirnya yang sobek dan sedikit mengeluarkan darah. Membuatnya makin sulit membuka mulut.
Tepat setelah Myunghee membela dirinya, berbohong dan mengatakan bahwa gadis itu yang lebih dulu memeluknya, Myungjun segera menyeret Myunghee menjauh dari taman. Menyisakan dirinya dan seorang perempuan yang tadi membantunya untuk lolos dari serangan Myungjun. Rocky menepi, duduk di bangku taman yang tak jauh dari posisinya berdiri.
"Sakit banget, ya?" Rocky mendongak. Perempuan itu tak segera pergi, justru mengikutinya dan bertanya.
"Aahh ... saya sudah tidak apa-apa," jawab Rocky dengan bahasa formal. Sedikit canggung untuk menjawab pertanyaan perempuan itu yang kelihatannya jauh lebih tua darinya.
Perempuan itu mengangkat sebelah bibirnya, menatap Rocky sinis, lalu tertawa hambar. "Sejak kapan kamu ngomong formal sama Noona?"
Rocky mengernyit. "Ma-maaf. Memang kita saling mengenal?"
"Heey ... Minhyuk! Noona nggak nyangka kalau kamu semudah ini lupain Noona. Bahkan Noona pun masih bisa ngenalin kamu walau udah 10 tahun," ujar perempuan itu panjang, lalu menyimpan kedua tangannya di samping pinggang.
Rocky menggaruk tengkuknya sendiri yang tak gatal. Berpikir dan berusaha mengingat. Perempuan itu masih dengan gaya yang sama, menunggu Rocky mengingat.
"Suyeon ... Noona?" tebak Rocky ragu. Perempuan itu menurunkan tangannya, lalu ikut duduk di sebelah Rocky.
"Iya. Aku Suyeon, Suyeon!" Suyeon menepuk dadanya, geram. Rocky sedikit menganga karena kaget. Lalu setelahnya ia meringis kesakitan, karena lukanya menjadi lebih perih ketika ia membuka mulutnya lebar.
"Ini beneran Suyeon Noona?" tanya Rocky kembali memastikan.
"Kenapa? Masih belum percaya? Mau lihat KTP Noona?"
Rocky terkekeh, mengibaskan telapak tangannya si depan wajah seraya berkata, "Nggak perlu. Percaya kok."
Lalu hening. Rocky memegangi pipinya, sedikit melakukan gerakan memijit supaya tidak kaku. Sedangkan Suyeon hanya diam sembari memperhatikan. Hingga akhirnya Suyeon memecah keheningan dengan bertanya, "Kamu udah lupa jurus-jurus taekwondo, ya?"
"Haa? Ya enggak, lah!" Rocky menjawab tegas.
"Terus kenapa bisa kalah sama Myungjun Oppa? Padahal dia sama sekali nggak punya basic bela diri."
Rocky diam sejenak, tak langsung menjawab. Itulah yang sedari tadi ingin ia tanyakan pada dirinya sendiri. Ada apa dengan dirinya?
"Entahlah. Aku pun nggak tahu."
"Ternyata benar yang orang bilang," ujar Suyeon menggantung. Rocky menunggu Suyeon melanjutkan kalimatnya. "Terkadang emosi bisa mengalahkan kemampuan."
***
Pintu mobil langsung Myungjun tutup dengan keras, menyeret pergelangan tangan Myunghee secara paksa masuk ke dalam rumah. Myunghee hanya bisa pasrah, tak melakukan perlawanan. Oppanya kini bukan lagi marah, melainkan murka. Bisa dilihat dari sorot matanya yang merah dan tajam. Juga tangannya yang menggenggam tangan Myunghee sangat erat.
Myungjun menyeret Myunghee masuk ke kamar. Pintu yang tak bersalah kembali menjadi pelampiasan. Sedikit membanting, hingga suara gebrakan terdengar. Myunghee langsung dihempaskannya hingga terduduk di kasur. Myunghee menunduk. Tak berani mendongak dan memandang oppanya balik.
"Katakan apa yang mau kamu katakan," ujar Myungjun dengan suara bergetar, menahan amarah. Dadanya kembang-kempis, napasnya tak beraturan, dan matanya tetap menyorot tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN || ROCKY ✔
Fanfic** "Eh, ini aku dulu yang lihat." "Tapi gue dulu yang ambil." "Tapi aku yang buka kulkasnya." "Kalau gitu makasih." ** "Kenalin. Dia pacar gue. Namanya ..." Pemuda itu menjeda kalimatnya dan memandang mata Myunghee cukup lama. Lalu pandangannya turu...