One

11K 571 12
                                    

Pintu itu sedikit terbuka. Ini malah membuat Claudia, ralat Oddy, menjadi semakin khawatir. Tangannya bergerak turun dan terasa lebih basah dari sebelumnya. Oddy mengelap tangannya yang berkeringat ke celana kulot dan berdeham sepelan mungkin.

"Masuk, Dy."

Hyaaa, benar kan. Atasannya ternyata sudah menyadari keberadaan Oddy di luar ruangannya. Yah wajar saja sih. Selain Kang Ferdi ini sepertinya punya indera keenam, mungkin siluet Oddy ternyata tertangkap pandangannya.

Oddy mendorong gagang pintu dan perlahan menjulurkan tubuhnya ke ruangan sang atasan.

"Siang, Kang," sapa Oddy dengan senyum dan tanpa ragu-ragu lagi langsung duduk di kursi di depan Kang Ferdi.

"Kunaon, Dy?" tanya Kang Ferdi sambil nyengir. Dia menyingkirkan print out laporan penagihan yang dikerjakan Oddy dan timnya kemarin, lalu fokus menatap Oddy. Kang Ferdi sudah seperti kakaknya sendiri. Dia tidak ragu-ragu mentraktir Oddy (dan bawahannya yang lain kalau tanggal sudah terlalu tua). Dia juga bisa dengan mudah bercerita tentang apa saja dan membuat Oddy pun bersedia bercerita kepada Kang Ferdi. Tapi kalau urusan pekerjaan, Kang Ferdi adalah orang yang ambisius, teliti, dan pekerja yang cepat.

"Kieu, Kang..." Oddy berkuliah di Bandung, sehingga sedikit bisa berbahasa Sunda. Sesekali menanggapi kalimat Kang Ferdi yang asli orang Tasik dengan bahasa Sunda juga. Tapi kalau Kang Ferdi mulai mencerocos menggunakan Bahasa Sunda dalam satu cerita pendek, Oddy langsung angkat tangan. "Boleh cuti gak Kang?"

Kang Ferdi malah mengangkat alisnya. "Kenapa nanya gitu? Ya boleh atuh."

Oddy malah nyengir. "Iya sih kang. Tapi ini cuti panjang gitu."

"Oh yang cuti panjang karena udah lima tahun kerja?"

Oddy mengangguk berkali-kali. Dia sudah lima tahun bekerja di perusahaan pembiayaan ini. Meniti karier dari Management Trainee dan sekarang sudah menjabat sebagai Head of Collection Support dengan level Assistant Manager. Managernya siapa lagi kalau bukan Kang Ferdi, Head of Collection Operations and Support. Oddy dikenal dan mengenal dirinya sebagai orang yang senang bekerja keras. Maka dari itu, untuk mengajukan cuti panjang yang memang haknya, Oddy malah jadi tidak enak hati.

"Iraha?" Kang Ferdi mengambil kalender meja dan bersiap-siap mengecek jadwal yang diajukan Oddy.

"Agustus sih Kang. Biar gak ganggu Mid Year Meeting,"

Kang Ferdi menelusuri jadwal di bulan Agustus. "Euweuh tanggal beureum nya," kata Kang Ferdi seperti bicara pada dirinya sendiri.

Oddy kembali mengangguk. Tidak ada tanggal merah sampai bulan Desember nanti. Untuk itulah Oddy tidak mau menunda waktu liburnya. Dia butuh suntikan tenaga untuk menghadapi hari-hari tanpa libur tengah pekan.

"Oke atuh. Sok bilang weh ke HRD. Jangan lupa tugas beresin dulu," Kang Ferdi berpesan.

"Siap, Kang! Nuhun pisan ya Kang. Saya pasti beresin semua supaya bisa cuti dengan tenang. Jadi Kang Ferdi gak punya alasan kontak saya pas lagi liburan," Kepercayaan Oddy sudah kembali karena sekarang dia lega. Dia bahkan bisa bercanda lagi dengan atasan favoritnya itu.

"Jangan lupa oleh-oleh weh, Dy," sahut Kang Ferdi.

"Beres!" Oddy memberi tanda hormat seperti saat upacara.

"Rek kamana sih?"

Oddy diam sejenak. Sebenarnya ada beberapa opsi baginya untuk menghabiskan waktu dua minggu liburannya itu. Oh iya, Oddy memang mendapat jatah 30 hari. Tapi dia memilih untuk membaginya dalam dua waktu. Dua kali dua minggu. Opsi pertama adalah mengikuti kegiatan mengajar yang diadakan salah satu lembaga sosial di daerah Rote, Nusa Tenggara. Opsi kedua adalah mengunjungi sahabat baiknya yang sudah berkeluarga dan menetap di Seoul. Siapa tahu dia bisa tidak sengaja bertemu So Ji Sub atau Ji Chang Wook. Opsi ketiga dan sepertinya yang paling kuat adalah...

Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang