Baru tiga hari setelah Kawa pulang dari New York. Dia hanya punya waktu satu hari untuk mengatasi jet lag dan sehari kemudian sudah kembali ke kantor. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengelola hasil liputan untuk dijadikan tayangan menarik. Kawa berharap tayangan ini bisa disiarkan dalam setidaknya dua episode. Mengingat kunjungannya ke New York tidak memakan biaya sedikit, jadi pasti harus menghasilkan income yang tidak sedikit juga. Jika tayangan ini gagal, Kawa bergidik membayangkan pertanggungjawaban yang harus dia lakukan kepada Bang Andre sang EP yang sudah memberinya kepercayaan. Apalagi Mbak Jani selaku Kadiv Produksinya. Sedikit banyak Kawa bersyukur karena saat ini dia tidak di bawah arahan Bang Le. Karena beban pekerjaannya jadi berkali lipat. Kadiv sekaligus anak pemilik perusahaan!
"Kaw, yuk!" Ines berdiri di depan meja Kawa dengan tangan kanan memegang notebook dan tangan kiri memegang gelas es kopi kekinian. Satu hari setelah kerja keras mengolah tayangan, Kawa harus segera menyiapkan tayangan ini untuk diperlihatkan.
"Oke," Kawa menyimpan file terakhir dari pilot project Masterclass with Gordon Ramsay Special Edition for PTV. Membackup file ke email, ke Dropbox, dan ke Server Divisi Production, lalu mengistirahatkan laptopnya. Saat ini dia akan mempresentasikan hasil kunjungannya ke New York di rapat rutin Divisi Production.
Begitu Kawa masuk, semua petinggi Divisi Production sudah berada di ruang meeting. Bang Le, Mbak Jani, dan Mas Dadang sedang mengobrol serius di pojokan. Beberapa EP dan Produser juga sudah berkumpul. Ada tambahan beberapa Creative yang kadang diundang. Seperti Ines saat ini.
Kawa masuk dan duduk di dekat Bang Andre yang tadi siang sudah mereview tayangannya dan memberikan beberapa masukan.
"Udah lo edit sesuai masukan gue?" Bang Andre berbisik begitu Kawa duduk di belakangnya.
"Udah Bang. Tadi saya email lagi, kalau mau lihat."
Bang Andre mengangguk lalu membuka ponselnya. Dia memasang earpods agar bisa mendengarkan suara dengan lebih baik.Meeting dibuka oleh Mas Dadang. Agak aneh sih memanggil dia dengan sebutan Mas. Lebih cocok Kang Dadang. Tapi semua sudah terbiasa dengan memanggilnya Mas.
"Halo, malam semuanya. Gimana kabarnya? Seperti biasa di hari Rabu ini kita kumpul lagi. Setiap unit akan presentasi sesuai dan kita akan bahas mengenai produksi di PTV dari seminggu yang lalu dan seminggu yang akan datang. Oke, karena gue yang buka, jadi dari gue dulu ya."
Mas Dadang yang spesialisasi pada bagian News mempresentasikan hasil tayangannya. Dari mulai program berita, talkshow, dan magazine (program berita yang dikemas dengan beberapa bentuk, tidak hanya di balik meja). Program yang mencapai rating tertinggi untuk News masih diraih oleh berita pagi hari. Pasti karena setiap orang masih berminat untuk mengetahui perkembangan dunia sebelum mereka mulai beraktivitas. Ke depannya Divisi Mas Dadang akan membuat terobosan baru dengan program News yang tayang dari beberapa tempat namun dengan format pembacaan berita seperti biasa. Programnya akan pilot pekan ini dan pekan depan akan dipresentasikan.
Unit Bang Le masih memiliki andalan yaitu program Kata Malam dan Rhyme. Baru-baru ini juga ada program baru tentang petualangan ayah dan anak perempuannya yang mulai dilirik penonton. Program ini dianggap menunjukkan keakraban dalam keluarga. Meskipun program-programnya mendapatkan rating dan share cukup tingga, Bang Le tidak menunjukkan ekspresi puas apalagi sombong. Wajahnya tetap datar... datar... datar... Sesekali dia mengangguk dan tersenyum. Senyum yang sekarang mulai lebih sering ditunjukkan sejak beliau memiliki anak perempuan.
Giliran unit Mbak Jani yang presentasi. Kawa menunggu gilirannya tiba. Bang Andre sudah setuju mengenai tayangan ini dan Kawa pun sudah mengirimkan file-nya ke Ririn, admin Divisi Produksi, karena dia yang memegang bahan presentasi. Saat gilirannya tiba, KAwa maju dengan percaya diri. Hanya dia satu-satunya Produser yang melakukan presentasi. Sedari tadi hanya EP yang melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)
RomanceClaudia Mentari Alatas, yang biasa dipanggil Oddy, mengalami sakit hati setelah ditinggal begitu saja oleh pria yang dia cintai. Dia menduga pria itu balas menyayanginya, ternyata tidak. Di New York, tujuan Oddy hanya untuk mendapatkan pelajaran dar...