Two

4.1K 445 14
                                    

Mata Ines lekat memandangi Kawa yang sedang memutar pulpen di antara jemarinya yang panjang. Pulpen itu lalu mendarat di kepala dan berakhir di antara giginya yang berbaris rapi. Wajah Kawa yang biasanya teduh dan menenangkan hilang ditengah keseriusannya berpikir keras. Mau bagaimanapun tetap saja luar biasa tampan, pikir Ines. Tiba-tiba Kawa memandangnya balik, sadar sudah diperhatikan sejak tadi.

"Pulpennya abis lama-lama, Ka," Ines buru-buru bersuara, takut ditanya karena kepergok sedang memerhatikan Kawa tanpa berkedip.

"Enak, rasa stroberi."

"Ngarang. Mikirin apa sih?"

"Ide program. Kemarin habis rapat task force sama EP, senior PA dan kreatif, sama anak riset juga. Kita butuh program baru buat ditayangin di area fringe 3, marketnya female usia 30 - 45 tahun. Sasarannya buat yang berpenghasilan middle, tapi kalo bisa kena di middle-low lebih bagus lagi."

""Fringe 3 ya. Berarti area dengan slot program di jam 1 siang sampai jam 4 sore. Hmm buat ibu-ibu muda yang siang-siang udah di rumah nonton TV. Sinetron? Atau FTV?"

"Gue berpikir akan lebih efektif kalo menyediakan genre program yang lain dari TV tetangga sih, Nes."
Ines ikutan pasang tampang berpikir keras. Kawa tertawa, tangannya bergerak hendak melempar pulpen yang dipegangnya. Sigap, Ines segera menundukkan kepala.

"Kenapa lo?"

"Kirain mau dilempar beneran pulpennya."

"Gak bisa gue kasar sama lo, Nes. Nanti dimarahin Bubun."

Ines mendengus kesal. Masih saja Kawa menilainya sebagai anak kecil. Mereka memang sudah saling mengenal sejak kecil karena rumah yang bersebelahan, tapi di umur yang sudah mendekati seperempat abad ini mana mungkin ia masih mengadukan perbuatan Kawa yang mengesalkan pada ibu Kawa.

Kawa memandangi catatannya sekilas lalu melempar pandangannya ke luar jendela. Ia punya ide dan ia yakin akan jadi ide yang bagus jika eksekusinya tepat. Namun budgetnya akan lumayan mahal dan mungkin tak sebanding dengan market yang mereka tuju jika rating programnya tidak perform.

Tak ada salahnya untuk mencoba. Kawa berkata dalam hati sambil mengangkat bahu.

***

"Kenapa program tentang makanan dan memasak? Kita sudah punya program memasak dengan chefnya langsung, begitu juga tentang makanan sehat dan bahkan program yang membahas kuliner sambil jalan-jalan. Gue rasa bakalan mubazir kalau kita gak ngembangin itu, malah mau bikin program baru," tukas Bang Andre setelah mendengar presentasi singkat dari Kawa.

"Tapi ini beda, Bang. Gue mau orang-orang melihat bagaimana proses memasak dari seseorang yang benar-benar ahli. Mereka akan disuguhkan tontonan menarik bagaimana memasak itu harus penuh kegigihan, mempelajari berbagai formula bahan dan perlakuan rumit yang jika tidak presisi, bisa berantakan semua. Bahkan sampai teknik plating yang mempelajarinya seperti belajar seni. Semuanya harus hadir sempurna tidak hanya di lidah, tapi juga di mata. Bagaimana makanan itu bisa...."

"Stop dulu, Ka." Bang Andre menyela. "Gue belom liat dimana perlunya lo bikin satu program baru kalo lo mau bahas cara jadi chef. Lo bisa taro itu jadi salah satu segmen di acara Daily Kitchen yang kita punya, bisa minta bantuan chef Yudha juga, yang notabene salah satu chef sukses di Indonesia. Trus yang paling penting adalah, lo yakin itu market middle-low yang kita mau tuju bakal nonton program cara jadi chef dengan pembukaannya memghadirkan liputan khusus soal kursus masak prestigenya Gordon Ramsay? Mereka mungkin gak tahu dia siapa."

Kawa tahu betul pertanyaan macam ini yang bakal keluar dari mulut Bang Andre, sang Executive Producer. Prinsipnya satu, gunakan dan kembangkan potensi yang ada dalam satu program, kalau tidak membuahkan hasil, eliminasi program itu baru diganti program baru. Kawa pun tahu ia belum punya jawaban meyakinkan untuk menjawab pertanyaan itu. Ia merasakan hawa ruang rapat di lantai 33 ini semakin panas seiring tatapan mata Bang Andre yang masih tertuju padanya. Ketika ia baru membuka mulutnya untuk menjawab, Bang Andre sudah kembali berbicara.

Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang