Oddy baru saja berniat untuk turun dan membuat sarapan ketika bel rumahnya berbunyi. Seingatnya, dia tidak membuat janji dengan siapa-siapa hari ini. Setelah kejadian malam tadi yang cukup meningkatkan adrenalin, Oddy berniat menghabiskan hari Sabtunya dengan super santai.
Netflix and chill.
Dia bahkan hanya akan memasak sarapan. Makan siang dan makan malam rencananya akan memesan dari luar. Jadi, pagi ini, saat Oddy masih hanya mengenakan piyama satin dan rambut diikat seadanya, dia cukup kaget ada orang yang mendatangi rumahnya begitu pagi.
Bel berbunyi lagi dan Oddy pun melangkah ke pintu depan. Rumahnya mungil, jadi tidak lama berjalan dari tangga ke pintu depan. Ketika Oddy membuka pintu, dia langsung bisa melihat siapa yang berkunjung pagi ini.
"Hai, let's have breakfast together!" Lingga berdiri di depan pintu, mengangkat kantung yang tampak berat. Posisi rumah yang berada di dalam cluster membuat rumah Oddy tidak memiliki pagar. Jadi Lingga benar-benar berdiri di hadapannya.
"Eh, wow... Kamu gak bilang mau ke sini," Oddy berdiri menyamping, memberikan jalan agar Lingga bisa masuk.
"Surprise. Aku sengaja datang pagi supaya bisa sarapan bareng sebelum kamu bisa kemana-mana," Lingga tersenyum. Setelah Oddy menutup pintu, mereka berdua berdiri tak bergerak.
"Oh maaf, aku lupa kamu belum pernah ke sini. Biasanya Tora yang datang dan dia langsung nyelonong masuk aja ke dapur." Oddy memberi isyarat agar Lingga mengikutinya.
"Apa kamu sebenarnya berharap aku bakal sering ke sini?" Lingga bertanya dengan nada geli di belakang Oddy.
"Ha ha. Anyway, tau alamatnya dari mana?" Oddy berbalik dan mempersilakan Lingga menaruh barangnya di atas meja.
"Tadi malem japri Tora. Sebenarnya aku juga japri kamu, tapi gak dibalas. Malah cuma centang satu."
"Oh," Oddy melirik ke atas. "Kayaknya memang dari tadi malam HP aku abis batre dan gak aku cas. Toh cuma ngehubungi Momi dan Tora. Itu pun lewat Skype tadi malam."
"I see," Lingga mengeluarkan barang belanjaannya yang ternyata adalah bahan makanan. "Apa kabar Tante Clorence dan Om Kamal?"
"They're fine. Gak keliatan kayak udah usia 55 sama 60," Oddy mengangkat bahu. "They are happy living in Paris. Satu-satunya kekhawatiran mereka cuma anak-anaknya yang tinggal di Indonesia. Selain itu, they are living their best life."
Lingga tertawa, ikut bahagia mendengar kabar baik dari orang tua Oddy. "Oh iya. Since aku datang tiba-tiba. Let me cook you something. Okay?"
Oddy menatap Lingga tanpa berkata-kata selama beberapa detik. Lingga merasa ada yang aneh sampai dia memiringkan kepala dan hampir menyentuh tangan Oddy. Oddy menggeleng dan pura-pura merapikan rambutnya.
"Just like the old days, huh?" Oddy tersenyum sedikit. "Kalau gitu, sambil kamu masak, aku mandi dulu? Niatnya sih mau mandi nanti sore. Tapi kalau ada tamu dan aku belum mandi kan gak enak."
Lingga tertawa dan mengangguk. "Okay. Begitu selesai mandi, seger, langsung makan enak. Mantap kan?"
Oddy tertawa juga. "Bentar ya."
***
Oddy mengenakan celana pendek dan kaos kebesaran dalam rangka bersantai di rumah kali ini. Rambutnya yang baru selesai dikeramas dibiarkan terurai dan kering secara alami. Tadi, Oddy melirik jepit bunga berwarna hijau yang tadi malam dia simpan di samping tempat tidur. Pikiran tentang siapa yang memberikannya membuat wajah Oddy sedikit memerah. Dia memutuskan untuk membiarkan benda itu saja. Toh dia juga tidak memerlukannya untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)
RomanceClaudia Mentari Alatas, yang biasa dipanggil Oddy, mengalami sakit hati setelah ditinggal begitu saja oleh pria yang dia cintai. Dia menduga pria itu balas menyayanginya, ternyata tidak. Di New York, tujuan Oddy hanya untuk mendapatkan pelajaran dar...