Twenty Two

2.1K 441 69
                                    

Mood Oddy drop seketika begitu ia dilabrak Ines tadi. Dia pun mengurungkan niat memasaknya dan mengubah rencana makan malam menjadi memesan melalui jasa delivery. Mbak Go Clean pun memilih makan di rumahnya sendiri setelah tugasnya usai semua. Oddy akhirnya makan dalam diam. Duduk di kursi ruang makan dengan mata menatap TV tapi sama sekali tidak memperhatikan apa yang sedang ditayangkan.

Menjelang pukul sepuluh malam, ponsel Oddy berdenting.

Kawa Aulian Rolam: Sudah tidur?

Perlahan Oddy mengambil iPhone miliknya dan membuka chat dari Kawa secara langsung. Perlu beberapa detik untuk Oddy memutuskan akan menjawab apa. Akhirnya Oddy memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa terkait kedatangan Ines tadi.

Claudia Mentari Alatas: Belum

Ting. Balasan Kawa datang begitu cepat.

Kawa Aulian Rolam: Mau ngobrol? Aku masih di luar.

Claudia Mentari Alatas: Masuk aja.

Kemudian Oddy menaruh iPhone-nya kembali di meja dan menaruh piringnya di bak cuci. Semenit kemudian pintu rumahnya terbuka dan Kawa pun masuk. Masih mengenakan seragam PTV. Dia tersenyum melihat Oddy tapi Oddy hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

"Permisi," sapa Kawa lalu menghampiri Oddy di meja makan. "Hey."

"Hai," balas Oddy yang masih jelek mood-nya.

"Lagi ada masalah?" Kawa duduk di samping Oddy, menaruh tasnya di meja, lalu jemarinya membelai lembut rambut Oddy.

"Nggak," Oddy menepis pelan tangan Kawa di rambutnya. Kawa sedikit kaget karena respon Oddy lain dari yang ditunjukkannya beberapa hari terakhir ini.

"Lagi PMS?" tebak Kawa lagi.

"Nggak juga," Oddy menggeleng.

"Lalu?"

"Nggak ada apa-apa. Pengen diem aja," Oddy berkata lebih tegas dan masih juga tidak memperhatikan Kawa.

"Ya sudah kalau gitu. Mungkin kamu lebih baik istirahat. Udah malem juga," Kawa bangkit berdiri lalu menarik tasnya dan bersiap pulang. "Besok Sabtu. Ada rencana pergi?"

"Udah bikin appointment di salon seharian," jawab Oddy sebelum mengambil remote dan mematikan TV. Mungkin benar, dia seharusnya tidur saja.

"Nice. I'll cook dinner for us tomorrow. How?"

Kali ini Oddy memandang Kawa dan akhirnya mengangguk. "Oke. I'll invite Tora, too."

"Okay. Aku pulang dulu," Kawa melanjutkan langkahnya tapi kemudian dia teringat sesuatu sehingga dia berbalik kembali.

"Tadi Ines tanya alamat rumahku. Dia juga tahu rumah kamu di depan rumahku. Apa mungkin Ines ke sini dan kalian ketemu?"

Oddy menatap Kawa. Dia tidak mau berpaling. Saat ini keahliannya berakting sedang diuji. Kalau Oddy mengalihkan tatapannya berarti Kawa akan tahu dia berbohong.

"Nggak. Nggak tau kalau dia ke rumah lo, tapi sama gue sih nggak ketemu."

"Begitu. Baiklah. Sleep well, Dy," Kawa melambai lalu keluar dari rumahnya.

***

Oddy sedang menikmati musik yang diputar di salon. Sesekali mulutnya menggumam menyanyikan lirik yang dia tahu. Tangan dan kakinya sedang di-manicure dan pedicure. Sejak tadi pagi Oddy sudah ada di salon untuk mewarnai rambutnya. Suasana baru.

iPhone Oddy berdering di meja. Dengan sekali lirik, Oddy tahu bahwa Lingga yang meneleponnya. Jelas dia sulit untuk menerima telepon dalam kondisi tangan seperti ini.

Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang