"Kamu ikut kursus masak? Sejak kapan kamu minat masak?" Lingga bertanya heran namun dengan senyum makin lebar di wajahnya. Oddy masih belum menemukan suaranya kembali ketika Lingga menepuk kursi di sebelahnya, meminta Oddy duduk di situ. Melihat itu, Kawa hendak protes karena dialah yang tadinya duduk disitu ketika berbincang dengan Lingga, dan ia meletakkan tasnya di kursi sampingnya lagi untuk tempat Oddy. Oddy yang belum beranjak dari tempat berdirinya tiba-tiba terdorong ke depan oleh peserta kursus lain yang baru datang.
"Oh, I'm sorry! Are you okay?" Wanita paruh baya tersebut menyentuh bahu Oddy
"I'm okay. It's my fault, I'm blocking the doorway, sorry." Oddy menjawab sambil berusaha memaksa otaknya untuk tersenyum sopan. Lingga masih menunggu jawabannya dan Oddy memilih untuk jujur,
"Karena pengen makan makanan enak seperti buatanmu dulu."
Lingga yang sekarang kelihatan canggung dan tidak tahu harus menjawab apa, namun Oddy menemukan kembali jati dirinya yang acuh tak acuh ketika ia malah bergerak menuju bangku dimana tas Kawa berada, lalu bertanya,
"Gue boleh duduk disini kan?"
"Eh, iya boleh. Saya sengaja taro tas saya di situ buat tempat kamu duduk." Kawa berkata lalu duduk di antara Lingga dan Oddy. "Kalian saling kenal?"
"Iya, kita satu jurusan di kuliah dulu," Oddy menjawab
"Dan pernah satu kantor juga." Timpal Lingga. Keduanya lalu terdiam dan tidak ada yang melanjutkan penjelasan.
"Wah bisa sampe ketemu di sini. Sempit sekali dunia, ya." Kawa menyadari ceritanya tidak mungkin sampai satu jurusan dan satu kantor saja. Pasti ada yang lain karena suasana di antara mereka tiba-tiba jadi tidak enak.
"Memang," Oddy mengangguk setuju karena dari tadi itulah yang berputar di otaknya. Kenapa bisa dunia begitu sempit dan semua kebetulan ini terasa seperti bukan kebetulan?
"Kalian kenal dimana?" Lingga balik bertanya, berusaha mencairkan suasana.
Sekarang malah Kawa yang merasa canggung. Jawaban yang sudah ia siapkan tak jadi keluar karena sudah keduluan Oddy,
"Di sini. Kemarin lusa Kawa baru aja nginep di apartemen yang kusewa."
"Ah, ya." Lingga mengkonfirmasi dalam hati kecurigaannya sejak kemarin ia melihat Oddy dan Kawa begitu akrabnya berbincang. Ternyata memang ada sesuatu di antara mereka.
***
Kelas hari ini terasa begitu padat namun tetap menyenangkan. Namun ada sebagian fokusnya yang terpecah pada tingkah Oddy yang sebenarnya berusaha terlihat nyaman ada di sekitar Lingga, berbeda dengan perilakunya yang biasa, walaupun Kawa sebenarnya belum terlalu lama mengenal Oddy untuk menilainya begitu. Kawa menggeleng sekali untuk memusatkan kembali pikiran pada catatan yang ia tulis sejak awal untuk bahan liputan. Kelas sudah sepi dan tadi Lingga sudah pamit duluan, tinggal tersisa dirinya yang membaca ulang catatannya sebentar dan Oddy yang sibuk serta terlihat begitu bersemangat mengetik di ponselnya. Kawa sedang merapikan meja dan memasukkan segala peralatan, termasuk alat perekam suara yang ia pakai untuk merekam pelajaran yang diberikan Gordon Ramsay, ketika dering ponsel terdengar.
"Gue keluar duluan ya, Ka. Mau angkat ini," Oddy bergegas pergi ke luar ruangan kelas.
"Ya, saya bentar lagi nyusul," jawab Kawa.
Selesai memastikan semuanya aman dan tidak ada yang terlupa, Kawa menyandang ranselnya di bahu sebelah kanan. Sebelum jalan ke luar kelas, ia membetulkan letak beberapa kursi yang terlihat tidak rapi. Kebiasaannya untuk merapikan segala hal sudah mengalir dalam alam bawah sadar, dan ia senang ketika melihat semuanya rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)
RomanceClaudia Mentari Alatas, yang biasa dipanggil Oddy, mengalami sakit hati setelah ditinggal begitu saja oleh pria yang dia cintai. Dia menduga pria itu balas menyayanginya, ternyata tidak. Di New York, tujuan Oddy hanya untuk mendapatkan pelajaran dar...