Four

2.5K 394 25
                                    

Kawa menaiki mobil Uber yang dipesannya. Sementara semua temannya masih jetlag dan beristirahat di apartemen, Kawa sama sekali tidak mengantuk dan memilih untuk berjalan-jalan. Apartemen di Avalon Riverview yang disewa oleh Oddy dan Tora ternyata terletak di Long Island City, tidak begitu jauh dari Queens Library. Kawa selalu mencintai buku, dan membaca pun menjadi peringkat pertama dalam daftar hobinya.

"Morning, sir. I'm Daniel, nice to meet you. You're going to Queens Library, right?"

"Yes, that's right. I'm Kawa, nice to meet you too." Kawa tersenyum dan merasa senang ketika supir Uber yang ditumpanginya sangatlah ramah, hal yang mungkin akan jarang ia temui di NY.

"Is it your first time visiting New York?"

"No. It's my third times. Last time I've been here was in 2017 New Year's Eve."

"Ah, I see. You must be watching fireworks at Central Park." Daniel berkata sambil membelokkan mobilnya ke Central Boulevard.

Kawa mengangguk. Kali pertama ia ke New York adalah pada musim panas 2015 ketika ia mengikuti String Quartet Seminar, salah satu summer program di Juilliard untuk menunjang kegiatan di peringkat kedua daftar hobinya, bermain cello. Kali kedua, ia mengunjungi New York dua tahun lalu untuk liburan akhir tahun bersama Bubun dan Karen, adik angkat Kawa. Ia ingat betul saat itu Bubun sampai kehilangan ponselnya.

"My mother lost her cell phone that night."

"Oh, bloody robber!"

Mobil Mazda Biante itu melaju membelah jalanan kota New York. Saat mobil berbelok kanan ke Queens Plaza, di sebelah kiri mereka tampak Queensboro Bridge yang membelah East River, menghubungkan Long Island City dan Upper East Side, Manhattan. Daniel banyak berbicara layaknya profesional tour guide di sepanjang jalan menuju Queens Library yang bahkan tidak sampai 10 menit.

"Have a nice day, sir." Daniel berkata ketika Kawa turun dari mobil.

"Thank you."

Pintu masuk Queens Library  dibingkai oleh dinding berwarna oranye bertuliskan kalimat-kalimat indah dalam beberapa bahasa.

"Words are like leaves, and where they most abound, much fruit of sense beneath is rarely found," Kawa bergumam membaca tulisan di dinding, sejenak kemudian merogoh saku celana, berniat mengabadikan tulisan itu dengan kamera ponselnya.

Kawa melangkah masuk perpustakaan. Banyak anak-anak berusia sekitar 5 - 12 tahun berkumpul. Ternyata sedang ada acara summer reading untuk anak-anak. Tiba-tiba salah satu anak perempuan tanpa sengaja berlari menabraknya. Anak itu terjatuh dan menangis.

"Hey, are you hurt? What's your name?" Kawa bertanya seraya berjongkok. Seorang lelaki menghampiri mereka. ID Card  panitia acara tergantung di lehernya.

"Chloe, come here. It's okay." Kata lelaki itu sambil menggendong dan menepuk-nepuk pelan lutut anak perempuan yang ternyata bernama Chloe.

"I'm sorry, sir. I see her running towards you, chasing her friends right there," lelaki itu tersenyum sambil menunjuk kerumunan anak-anak di sebelah kanan mereka.

"It's okay, no problem." Kawa balas tersenyum.

Lelaki itu sejenak memandangi Kawa lalu menyadari sesuatu, "are you Indonesian?"

"Yes I am."

"Kebetulan banget, gue juga," jawab lelaki itu sambil mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri,

"Lingga."

***

Ponsel Kawa bergetar. Chat WA masuk dari Ines.

Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang