Sixteen

2.2K 414 37
                                    

"Kang, serius banget?"

"Naha teu serius?" Kang Ferdi menatap Oddy dengan heran lalu tetap melanjutkan membereskan dokumennya.

"Kudu pisan ieu saya yang ngewakilin Akang?"

Kang Ferdi tertawa. "Ya kumaha atuh Dy. Mun saya teu ujug-ujug ka Balikpapan mah saya lah yang berangkat. Pedah weh aya masalah kan?"

Bibir Oddy mengerucut. Dia juga tahu ada masalah di salah satu cabang di Balikpapan terkait beberapa mobil tarikan yang bermasalah. Karena kejadian itu maka Kang Ferdi harus berangkat untuk melakukan penyelesaian secara langsung.

Masalah sesungguhnya, setidaknya bagi Oddy, adalah kemudian Oddy harus menggantikan Kang Ferdi untuk hadir di meeting persiapan ulang tahun Dyandra Finance. Meeting yang isinya membahas kemajuan persiapan acara ulang tahun yang dibantu oleh... PTV.

"Kamu cuma setor muka aja, Dy. Yang penting ada perwakilan dari Collection dan bisa kasih update ke tim. Urusan acaranya biar dibahas tim Brand dan Marcomm." Kang Ferdi mengambil tas dan menyampirkannya ke bahu. "Oke kan?"

Oddy mengangguk. "Oke deh, Kang. Safe trip."

***

Oddy duduk  di sebelah kanan. Hampir di ujung bersama beberapa temannya sesama Asisten Manager atau Manager. Sengaja dipilihnya tempat ini agar tidak terlalu mudah terlihat baik oleh rekan kerjanya maupun oleh tim PTV.

Meeting kali ini dilaksanakan di salah satu ruangan di Sentul International Convention Center. Begitu Oddy dan perwakilan Dyandra Finance tiba, para kru PTV sudah tiba lebih dulu dan menyambut mereka. Mereka bersalaman dan Oddy bersyukur bahwa orang yang dikhawatirkannya ternyata tidak ada.

Acara ini dibuka oleh Pak Leandro. Dia salah satu Kepala Divisi Produksi PTV yang langsung bertanggung jawab di project ini. Kalau Oddy perhatikan, sepertinya dia blasteran.

"Ampir gue incer," celetuk Mutia, teman Oddy, seorang Manager HRIS dan belom menikah. "Ganteng dan mature gitu kan keliatannya. Ternyata udah punya buntut."

Mutia menunjukkan artikel yang dia temukan di internet dan cukup membuat Oddy membelalak juga. "Dia anak yang punya PTV?"

Mutia mengangguk. "Qualified banget padahal yekan."

Oddy kembali fokus mendengarkan penjelasan PTV. Sekarang ganti yang presentasi adalah Manager Sales yang bernama Putra. Penjelasannya sangat singkat dan padat, juga mengutamakan poin yang ingin diketahui oleh klien. Berapa banyak budget yang dikeluarkan dan dimanfaatkan untuk apa.

"Yang ini juga boleh. Keknya kalem," Rina menyelipkan kepala di antara Oddy dan Mutia. Rina adalah sesama Assistant Manager di Accounting Division.

"Skip. Gue kenal istrinya," celetuk Oddy.

"Ugh, gak seru banget," Rina kembali duduk di kursinya dan cemberut.

Diam-diam Oddy tertawa karena teman-temannya seperti punya tujuan berbeda untuk datang kemari. Bukan mengikuti meeting, tapi mencari jodoh. Yah tapi tidak bisa dipungkiri sih karena sepertinya karyawan PTV semuanya good looking.

Termasuk...

"Ehem," Oddy berdeham untuk mengusir pikiran akan seseorang.

"Seret?" Mutia mengulurkan botol minuman. Oddy mengangkat tangan dan minum dari botolnya sendiri.

Mereka kembali fokus untuk mendengarkan presentasi sampai sebuah pintu dibuka dan ada beberapa orang yang menyusul masuk.

Deg. Degdegdegdegdeg. Oddy rasanya ingin menyusut di kursinya.

"Itu, itu, itu cakep!" Rina menggoyangkan pundak Mutia, berbisik heboh. Beberapa orang sampai melirik ke arah mereka.

"Mana sik?" Mutia menyipitkan matanya.

"Itu yang paling belakang. Yang pake jaket coklat. Eh dia lagi ngeliat ke sini," kata Rina heboh.

Oddy sadar bahwa Kawa yang mengenakan jaket coklat dan memang melihat ke arah Oddy dan teman-temannya. Oddy berusaha menunduk dan memperhatikan ponselnya. Dalam hati Oddy berdoa agar Kawa segera duduk di wilayah para kru PTV dan berhenti memandang ke arahnya.

"Lho..." Oddy mendengar Rina dan Mutia bicara bersamaan. Karena penasaran, Oddy mengangkat wajahnya untuk melihat ke arah teman-temannya. Kedua temannya sedang memandang ke kursi di depan mereka dengan tatapan tak percaya. Oddy mengikuti arah pandang mereka dan hampir terjengkang.

Kawa duduk tepat di depan Oddy dan menatap Oddy dengan senyum percaya diri di wajahnya.

"Sebentar lagi atasan saya akan jelaskan konsep acaranya yang sudah 80% jadi. Dengerin ya. Bagus pasti," kata Kawa sambil menatap Oddy.

Oddy memilih diam. Berbanding terbalik dengan teman-temannya yang langsung berubah centil.

***

Sedetik setelah meeting ditutup, Oddy mengambil tasnya dan langsung berdiri. Namun pria di depannya tidak kalah cepat. Dia menghadang langkah Oddy tanpa ragu-ragu.

"Mau makan malam sama saya?"

Oddy menggeleng. "Udah kemaleman, Ka. Gue mau pulang."

"Nanti saya antar," Kawa masih berkeras.

"Gue bawa mobil sendiri," Oddy mengeluarkan kunci mobil. "Permisi."

"Besok?" Kawa mengikuti langkah Oddy yang hampir berlari.

"Gak tau," Oddy menggeleng tanpa melihat Kawa. Rambutnya bergerak. Oddy lupa mengikat rambutnya hari ini sehingga rambut itu bergerak kesana kemari saat dia berjalan cepat menghindari Kawa.

"Setidaknya ijinkan saya tetap bisa kontak kamu," ujar Kawa lagi.

Oddy sekarang berhenti.

"Apa sih yang lo harapkan dari gue?" Oddy berbalik untuk menghadapi Kawa. "Gue jauh lebih tua dari lo."

"Jarak usia Priyanka Chopra dan Nick Jonas lebih jauh dari kita berdua," Kawa mendekati Oddy.

Oddy mendengus. "Gue bukan mantan Miss World."

Kawa tertawa. "Ya sih."

"Sudahlah, Ka. Lo bisa dapetin cewek lain. Ines suka sama lo tuh."

"Saya suka kamu. Saya sudah bilang waktu kita di New York, setelah saya cium kamu. In case kamu lupa."

Wajah Oddy mendadak terasa sangat panas. Mana mungkin Oddy lupa. Itu yang membuat Oddy yakin untuk benar-benar menghindari Kawa. Seakan dicium oleh pria yang baru dikenalnya belum terlalu mengejutkan, pria itu juga bilang menyukainya.
Tidak ada yang tahu soal ini. Tora sekalipun. Oddy berani mengatakan Kawa menciumnya karena lebih masuk akal untuk menjadikan itu sebagai alasan renggangnya hubungan Oddy dan Kawa. Oddy juga bisa bilang bahwa itu terjadi karena terbawa suasana. Tapi kalau Kawa suka Oddy? Menurut Oddy, tanggung jawab itu jauh lebih berat.

"Kita gak tahu kalau belum dicoba, Dy," ujar Kawa dengan sangat lembut. Angin malam berhembus dan mengacak rambut panjang Oddy. Dengan perlahan namun sigap, Kawa meraih rambut Oddy dan memberi jepit sehingga rambut Oddy lebih rapi.

"Ternyata jepitnya cocok," Kawa tersenyum.

Tangan Oddy terangkat untuk menyentuh jepit yang menahan rambutnya.

"Jangan dibuang. Tolong. Setidaknya jangan di depan saya. Dan kalau kamu mau tetap menghindar, it's your rights, tapi ijinkan saya untuk tetap berusaha." Kawa melangkah mundur lalu membungkukkan badannya.

Oddy yang biasanya galak dan bisa mengucapkan banyak hal, sekarang hanya bisa mengatupkan mulutnya. Setelah keduanya berdiam cukup lama, akhirnya Oddy menghentakkan kakinya lalu berbalik.

Kawa terus memandangi sosok Oddy yang menjauh. Jepit bunga berwarna hijau menempel dengan cantik di rambut Oddy. Kawa tersenyum.

"She's so pretty."

***

Ada yang muncul lagi setelah lama gak kesebut. Siapa cobaaaa?

Masih diitung WFH gak ya kalau tanggal merah?

Selamat Nyepi bagi yang merayakan 🙏🏼

- Amy

Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang