Oddy mengerjapkan matanya berkali-kali dan merasa bahwa tubuhnya terasa pegal. Ketika matanya terbuka lebih lebar, barulah dia sadar bahwa dia masih tidur di dalam mobil.
"Ugh, jam berapa sih?" Oddy melihat jam di tangannya. Awalnya dia tidak percaya tapi setelah dilihat kembali... "JAM DUA PAGI?"
Oddy melirik ke depan. Dia sudah sampai di garasi rumahnya. Oddy melirik ke kanan dan melihat Kawa sedang memperhatikannya.
"Udah nyampe dari lama ya?" tanya Oddy dengan rasa bersalah. Dia membuka safety belt dan merapikan rambutnya.
"Sudah," jawab Kawa. Dia juga membuka safety belt dan mencabut ponsel Oddy. "Tadi ada WA dari Lingga. Maaf gak sengaja kebaca."
"Oh," Oddy mengambil ponselnya dari Kawa lalu membaca sekilas chat Lingga. Dompet Anata tidak ditemukan tapi Anata baik-baik saja. Mereka sudah di rumah. "Nyampe jam berapa?"
"Setengah 1," Kawa membuka pintu mobil dan mengambil tasnya dari jok belakang.
"Setengah 1? Kawa, lo kenapa gak bangunin gue? Malah diem aja. Jadinya lo kan malah nungguin gue." Oddy ikut keluar dari mobil.
"Kalau orang tidur nyenyak dan mendadak dibangunin, sering sakit kepala. Kasian kamu kalau kayak gitu. Kamu butuh istirahat. Sekarang sudah sampai. Nah, selamat istirahat," Kawa menghampiri Oddy lalu mengulurkan kunci mobil Tora.
"Lo mau pulang? Jam segini?'
Kawa mengangguk.
"Lo gak mau... nginep aja?"
Kawa terperangah.
"Maksud gue. Rumah gue ini agak ujung. Jam segini juga bahaya kalau lo pulang. Entah ada begal atau apa lah. Jadi mending lo di sini dulu. Nanti pagi baru pulang."
Sekarang Kawa tersenyum. "Baik."
"Oke. Kalau gitu, ayo masuk. Dingin." Oddy berbalik dan segera memasukan kunci dan mempersilakan Kawa masuk. Oddy mengunci pintu di belakang mereka lalu mengisyaratkan agar Kawa mengikutinya ke atas. "Lo bisa pake kamar yang itu. Itu suka dipake Tora kalau nginep di sini. Tapi kamar itu kamar mandinya di bawah. Kalau mau mandi, ada air panasnya."
"Thanks, Dy. Kamu masuk duluan aja. Segera istirahat."
"Oooke. But if you need something, you can knock on my door," Oddy menunjuk pintu kamarnya sendiri.
"I will," Kawa tersenyum.
Ragu-ragu, Oddy memasuki kamarnya sendiri dan menutup pintunya perlahan. Kawa masih berdiri di depan kamar Oddy sampai Oddy menutup pintunya.
Di dalam kamar, Oddy mendadak resah. APakah ini keputusan yang bagus untuk membiarkan Kawa yang selama ini dihindarinya untuk mendadak tinggal bersamanya meski hanya semalam? Tapi Kawa tidak akan melakukan perbuatan yang aneh kan? Sepenglihatan Oddy sih begitu. Seharusnya begitu. Kawa pasti tidak akan macam-macam. Lagipula kalau Kawa berani melakukan hal aneh, Oddy bisa mengadukannya ke PTV. Rumah Oddy dipasangi CCTV kok untuk bukti.
"Oke. Sekarang gue mending mandi kilat, perawatan, terus tidur. Ngantuk sih, tapi kalau masih lengket gini ya gak tenang."
Oddy mandi dengan kilat, membalur tubuhnya dengan body butter, melapisi wajahnya dengan toner dan serum, dan melembabkan bibirnya dengan lip balm. Oddy menyentuh rambutnya untuk melepas ikatannya. Oddy baru ingat bahwa dia mengenakan jepit dari Kawa. Entah Kawa menyadari hal itu atau tidak. Setelah menaruh jepit dengan hati-hati, Oddy menyisir rambutnya dan kemudian dia siap tidur.
Tapi Oddy penasaran. Apakah Kawa sudah tidur juga? Apakah dia membutuhkan sesuatu? Oddy bangkit dari kursi dan mmebuka pintunya perlahan. Saat Oddy keluar dan menoleh ke arah kamar tamu, dia mendapati Kawa sedang memandang foto-foto di dinding. Kawa tampak segar dan dia pun sudah berganti pakaian menjadi celana training dan kaus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)
RomanceClaudia Mentari Alatas, yang biasa dipanggil Oddy, mengalami sakit hati setelah ditinggal begitu saja oleh pria yang dia cintai. Dia menduga pria itu balas menyayanginya, ternyata tidak. Di New York, tujuan Oddy hanya untuk mendapatkan pelajaran dar...