Five

2.3K 402 12
                                    

Semalaman tidurnya tidak nyenyak. Thanks to that name card. Padahal keberadaan kartu nama itu tidak berarti apa-apa.

Ralat.

SANGAT BERARTI APA-APA!

Ingatan Oddy cukup bagus untuk mengingat isi kartu nama itu walaupun hanya sekilas melihatnya. Nama yang tertulis di kartu tersebut adalah nama yang dihapalnya di luar kepala, bersama nama keluarganya. Alamat yang tertulis di situ juga menandakan keberadaan orang itu di New York. Oddy tahu bahwa New York adalah kota besar. Nyaris mustahil untuk tidak sengaja bertemu dengan orang itu. Sama mustahilnya seperti tidak sengaja bertemu Syahrini di Jakarta. Tapi... dengan adanya kartu nama itu tersasar hingga ke apartemennya, bukannya tidak mungkin kalau kebetulan lain akan terjadi.

Saking merindingnya memikirkan apa yang mungkin akan terjadi, saat itu Oddy refleks meremas kartu nama itu dan melemparnya ke sembarang tempat. Tidak peduli itu milik siapa dan ke mana kartu nama itu mengarah, Oddy langsung kabur ke kamar tidurnya. Maksud hati ingin mengalihkan pikiran, yang terjadi malah Oddy tidak bisa tidur sama sekali.

"Kak!"

Oddy menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menunduk di dalam bath tub. Pikir Oddy, kondisinya akan lebih baik kalau ia berendam di dalam bath tub. Lagipula siang ini adalah hari pertama dia menjalani kursus memasak dengan chef favoritnya. Mana mungkin Oddy tidak tampil prima?

"Kak!" Tora memanggil lagi. Sepertinya sekarang Tora masuk ke dalam kamarnya.

"Gue lagi mandi!"" Oddy berteriak.

"Mau sarapan apa?" Tora mengetuk pintu kamar Oddy. "Cari sarapan ke luar aja yuk."

"Iya ntar cari makan ke luar aja. Lo tunggu di depan aja. Sebentar lagi gue selesai mandi."

"Okay, sister," Tora mengetuk pintu dua kali tanda persetujuannya.

Setelah yakin Tora sudah keluar dari kamanya, Oddy bergegas mengeringkan tubuh dan berpakaian. Dia akan sarapan dengan Tora, mungkin dilanjut dengan membaca novel di salah satu kafe, lalu berangkat menuju lokasi kursus.

"Kilat juga," ujar Tora saat melihat Oddy sudah siap.

"Gue udah siapin semuanya buat hari ini," balas Oddy. "Lo sendiri belom pake sepatu."

"Cincay," kata Tora lalu berdiri dan mengenakan sneakersnya tanpa ditalikan. "Ngomong-ngomong, tadi Kawa telepon."

"Kenapa dia?" Oddy menanggapi tanpa menoleh ke belakang. Dia terus berjalan ke depan setelah membuka pintu. Biar Tora yang akan menguncinya.

"Dia tanya apa ada barang yang ketinggalan,"

Bagian-bagian di dalam otak Oddy mendadak bekerja lebih cepat. Kawa menanyakan apakah ada barang yang tertinggal. Kawa duduk di sofa single. Kartu nama itu ditemukan di sofa tersebut. Barang yang tertinggal yang dimaksud Kawa adalah kartu nama?

Oddy menggeleng. "Nggak, gue gak nemu apa-apa."

"Gue juga gak nemu sih," Tora sekarang berjalan di samping kakaknya, mengulurkan kunci apartemen. Tora tahu dirinya kurang apik. Jadi untuk saat ini biar kakaknya yang menyimpan kunci apartemen. Mungkin kalau perlu Tora akan keluyuran ke sana kemari sampai Oddy pulang kursus supaya dia tidak perlu memegang kunci apartemen. Hilang sesuatu di negara orang bukanlah hal yang menyenangkan. Tora menghilangkan novel Oddy di rumah saja kakaknya sudah ngamuk seharian penuh. Apalagi kalau benda sepenting kunci tempat tinggal mereka?

Mulut Oddy gatal ingin bertanya benda apa yang Kawa maksud. Akan tetapi otaknya menyuruh Oddy untuk diam. Maka Oddy tetap bungkam selama berjalan dengan Tora mencari sarapan.

Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang