Kawa memarkirkan mobil Oddy di carport rumah Tora. Sebelum benar-benar turun, Kawa memperhatikan pantulan wajahnya di kaca spion beberapa kali. Dia juga menarik napas dan menghembuskannya seperti sedang mengikuti yoga. Oddy memperhatikan Kawa dan lama kelamaan tidak bisa menahan tawanya.
"Nervous?" Oddy menyentuh pipi Kawa lalu mengelusnya dengan jemarinya.
Kawa nyengir lalu mengangguk. "Tadi sih aku beraniin aja. Udah semakin deket ternyata semakin grogi ya."
"Aku gak grogi ketemu Bubun waktu itu," Oddy menjulurkan lidahnya.
"Iya ya? Hebat dong kamu." Kawa terkejut. Memang Oddy tampak sangat santai dan terkendali saat itu.
"Mungkin karena perasaanku nothing to lose gitu," Oddy mengangkat bahunya. Dia sendiri ikut bercermin untuk melihat penampilannya.
"Kalau sekarang... I'm afraid of losing," ujar Kawa pelan.
Oddy menolehkan kepalanya kepada Kawa. Wajah Kawa terlihat sangat serius. Dia juga terlihat khawatir.
"It's going to be fine, Kawa," kata Oddy lembut. Oddy meraih tangan Kawa dan menggenggamnya. Kawa masih diam sampai Oddy mendekatkan dirinya ke arah Kawa dan Kawa pun memiringkan kepalanya.
Jarak antara mereka hanya kurang dari dua senti saat tiba-tiba ada yang mengetuk pintu mobil Oddy dengan barbar. Oddy dan Kawa tersentak. Mereka menoleh untuk mendapati Lingga sedang melipat kedua tangannya di luar.
Kawa yang pertama keluar dari mobil dan langsung menghadapi Lingga.
"Halo, Lingga," Kawa menyapa dengan tenang. Berbeda jauh dengan Lingga yang tampak siap meledak. Di belakang, terdengar suara pintu mobil tertutup, menandakan Oddy sudah keluar juga dari mobil.
"Lo dan Oddy mau ngapain? Apa yang lo lakukan di sini? Gue gak tahu lo tetep ketemu Oddy setelah dari New York?" Lingga tampak kesal setengah mati.
"Memangnya perlu ada yang diceritain ke lo? Kenapa harus?" Kawa melirik Oddy lalu kembali menatap Lingga. Kawa bahkan tersenyum. Oddy sendiri mulai merasa gerah dan ingin kedua pria ini segera menjauh.
"Lo yang sopan ya kalau ngomong," Lingga mendesis dan selangkah mendekati Kawa. "Gue tanya baik-baik. Ngapain lo di sini?"
"Lingga, I invited Kawa to have dinner with my parents," Oddy menyelipkan diri antara Kawa dan Lingga. Sungguh Oddy mulai khawatir dengan apa yang akan terjadi. Pasalnya, Lingga menunjukkan lagi sifat yang biasanya jarang terlihat. Lingga adalah tipe orang yang tidak mau kalah. Dia bisa bersifat sangat menyebalkan kalau itu terjadi. Lagipula, Oddy heran, kenapa bisa ada Lingga di sini sekarang?
"Why? Is he the reason you turn me down? Because you have this man?"
Oddy menggeleng. "Kawa gak ada hubungannya dengan penolakan aku ke kamu, Ngga."
"Really? Aku bisa lihat apa yang mau kalian lakukan di dalam mobil sana." Lingga tersenyum sinis kepada Kawa dan Oddy lalu menatap lurus. "Apa setelah aku tinggalin dulu, kamu jadi sebegitu murahnya sampai mau sama cowok entah siapa dan diajak make out di mobil?"
Oddy terkesiap. Tubuhnya menegang. Dia tidak percaya Lingga bisa berkata begitu. Belum bisa Oddy merespon apa-apa, Kawa rupanya bergerak lebih cepat.
Duak! Kawa melayangkan tinju ke wajah Lingga sehingga Lingga tersungkur di tanah.
"Kawa!" Oddy menutup mulutnya.
Kawa sepertinya belum puas. Dia menghampiri Lingga di tanah, menarik kemeja Lingga, siap melayangkan tinju kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Course Love - END (GOOGLE PLAY)
RomanceClaudia Mentari Alatas, yang biasa dipanggil Oddy, mengalami sakit hati setelah ditinggal begitu saja oleh pria yang dia cintai. Dia menduga pria itu balas menyayanginya, ternyata tidak. Di New York, tujuan Oddy hanya untuk mendapatkan pelajaran dar...